WahanaNews.co | Harga minyak datar (flat) pada Rabu (13/10/2021) lantaran terjadi lonjakan biaya bahan bakar untuk pembangkit listrik, untuk mengimbangi ekspektasi permintaan minyak mentah yang lebih lambat.
Harga brent berjangka melemah 24 sen, atau 0,3%, menjadi US$ 83,18 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) patokan AS turun 20 sen, atau 0,25%, menjadi US$ 80,44 per barel.
Baca Juga:
Harga Minyak Dunia di Tengah Sengitnya Perang Israel-Hamas
Harga minyak berada dalam tekanan ketika Tiongkok, importir minyak mentah terbesar dunia, merilis data yang menunjukkan impor September turun 15% dari tahun sebelumnya.
Tiongkok bersama negara di Eropa dan India, menghadapi kekurangan batu bara dan gas alam yang mendongkrak harga bahan bakar untuk pembangkit listrik. Adapun produk minyak digunakan sebagai pengganti.
Komisi Eropa menguraikan langkah-langkah untuk memerangi lonjakan harga energi dengan menjajaki pembelian gas bersama di antara negara-negara wilayah tersebut.
Baca Juga:
Goldman Sachs Prediksi Minyak Melonjak ke US$105 per Barel Tahun 2023
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas perkiraan permintaan minyak dunia tahun 2021 sambil mempertahankan pandangan tahun 2022. Namun OPEC mengatakan lonjakan harga gas alam dapat meningkatkan permintaan produk minyak.
Di Rusia, Presiden Vladimir Putin mengatakan harga minyak bisa mencapai US$ 100 per barel. Selain itu, Moskow siap menyediakan lebih banyak gas alam ke Eropa jika diminta.
Pasar energi fokus pada krisis pasokan yang mempengaruhi permintaan minyak, terutama di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, Tiongkok. “Ini adalah masa-masa sulit bagi Tiongkok. Krisis energi yang parah mencengkeram negara ini,” kata Stephen Brennock dari broker PVM.