WahanaNews.co, Jakarta - Harga minyak mengalami penurunan pada awal perdagangan di pasar Asia hari Senin (16/10/2023), ini setelah sebelumnya mengalami kenaikan pada Jumat (13/10/2023).
Para investor saat ini lebih cenderung untuk "wait and see" dan memantau kemungkinan perluasan konflik Israel-Hamas ke negara-negara lain.
Baca Juga:
Ketegangan Meningkat, 2 Tentara Iran Gugur dalam Serangan Israel
Potensi meluasnya konflik tersebut, bersamaan dengan kenaikan harga minyak global, dapat berdampak negatif terhadap perekonomian global.
Harga minyak Brent mengalami penurunan sebesar 0,4%, menjadi US$ 90,53 per barel atau mengalami penurunan sebesar 36 sen. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun sebanyak 37 sen, atau 0,4%, menjadi US$ 87,32 per barel.
Dilansir dari Reuters pada hari Senin (16/10/2023), harga Brent dan WTI mengalami kenaikan hampir 6% pada hari Jumat sebelumnya, yang merupakan kenaikan tertinggi sejak bulan April.
Baca Juga:
Usai Serangan Bertubi-tubi Hizbullah, Israel Bombardir Lebanon Selatan
Harga Brent menunjukkan peningkatan sebesar 7,5% dalam satu minggu, yang merupakan lonjakan terbesar sejak Februari. Sementara itu, WTI mengalami peningkatan sebesar 5,9% dalam satu minggu.
Meskipun konflik tersebut memiliki dampak yang relatif kecil pada pasokan minyak dan gas global, mengingat Israel bukan produsen minyak besar, namun para investor dan pengamat terus memantau potensi peningkatan ketegangan konflik serta dampaknya terhadap pasokan minyak dari negara-negara di sekitarnya.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah untuk 'menghancurkan Hamas' dan mempersiapkan operasi militer di Jalur Gaza.