WahanaNews.co | Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Riau naik dan menyentuh angka Rp3.000 per kilogram. Kenaikan ini memecahkan rekor sepanjang sejarah dunia persawitan di Indonesia. Hal itu disampaikan Dinas Perkebunan Riau.
Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat ME Manurung menilai, kenaikan harga sawit juga diikuti kenaikan harga pupuk.
Baca Juga:
Indonesia Nomor 1, Ini Daftar Negara Penghasil Minyak Sawit Terbesar Dunia
"Kita sangat bersyukur harga buah sawit naik drastis menjadi Rp3.000. Tapi, produsen pupuk justru ikut menaikkan harga pupuk. Jadi yang bukan petani yang beruntung, tapi produsen pupuk yang kaya mendadak," kata Gulat, Selasa (12/10).
Gulat mengaku sudah memprediksi kenaikan harga buah sawit. Alasannya, terdapat beberapa faktor yang muncul dan mendongkrak harga TBS.
"Asumsinya jelas, dunia semakin sadar sawit dengan menanam dan panen. Kedua pandemi negara lain tidak bisa produksi tanaman kandungan minyak nabati. Selain sawit tak produktif, sehingga sawit menjadi sasaran," jelas Gulat.
Baca Juga:
Menteri Pertanian Dorong Pemkab Batang Produksi Kelapa Berkualitas Dunia
Pria plontos itu juga mengatakan, sebelumnya banyak negara di Eropa hanya sebagai pengguna minyak sawit. Belakangan ini mereka justru menjadi reseller.
"Jadi, bahan baku minyak sawit dibeli dan distok guna memenuhi kebutuhan mereka. Selanjutnya juga diolah dan dijual kembali," ucap Gulat.
Meski demikian, Gulat mengingatkan harga buah sawit tinggi ini juga tak lepas dari peran program B30 atau biodiesel yang dihadirkan Presiden Joko Widodo di konsesi domestik.
"Keberhasilan B30 mendongkrak harga sawit menjadi naik," imbuhnya.
Gulat berharap, meski harga buah sawit naik, pemerintah juga memantau harga pupuk. Sebab saat ini harganya juga melambung tinggi yang dikhawatirkan justru mencekik petani.
"Harga pupuk naik rata-rata mulai 80-120 persen. Ini perlu juga dicari tahu oleh pemerintah. Kita juga ingatkan pabrik pupuk pelat merah jangan ikut-ikutan menaikkan, karena faktanya pabrik pupuk pelat merah lebih dulu menaikkan. Maka kami minta Presiden perhatikan ini," tandasnya.
Gulat berharap Presiden Jokowi turun tangan mengatasi kenaikan harga pupuk di Indonesia. Alasannya, harga bahan pupuk di pasaran tidak ada yang naik.
"Semoga Pak Presiden Jokowi memperhatikan kenaikan harga pupuk ini. Sebab, bahan pokok pembuatan pupuk kimia tidak naik. Jadi tak layak pupuk dinaikkan hingga 100 persen," harap Gulat. [dhn]