Dalam induk usaha gabungan tersebut, MIND ID bersama Antam bertindak sebagai penyedia bijih nikel untuk bahan baku utama pembuatan baterai. Pertamina menjalankan bisnis manufaktur produk hilir meliputi pembuatan battery cell dan lainnya.
Sementara, PLN akan menyediakan infrastruktur Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan lain sebagainya. Porsi kepemilikan saham masing-masing BUMN tersebut adalah sebesar 25%.
Baca Juga:
Satgas Baru Dibentuk, Hilirisasi Industri Bisa Gunakan Dana APBN
Menggaet Investor Garap Baterai Listrik
Tak tanggung-tanggung, IBC bahkan bakal mengantongi investasi senilai US$ 15 miliar atau sekitar Rp 225 triliun (kurs Rp 15.000) dari hasil kerja sama dengan dua raksasa baterai dunia. Keduanya adalah PT Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL) asal China dan LG Energy Solution (LGES) asal Korea Selatan.
Direktur Utama Antam Nico Kanter menjelaskan pihaknya telah memulai kerja sama pengembangan industri baterai EV dengan CBL dan LGES. Dalam kerja sama itu, perusahaan bakal menyediakan sumber daya nikel hingga pembangunan proyek smelter, baik berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) maupun High Pressure Acid Leaching (HPAL).
Baca Juga:
Dewan Ekonomi Nasional: Baterai Lithium RI Paling Lengkap, Sayangnya Ekosistem Belum Sinkron
"Sedang prekursor, katoda, battery cell sampai ke battery recycling ini juga masih dalam part negosiasi. Kami sangat berharap bahwa kita tandatangani definitive agreement di akhir tahun ini," ujar Nico dalam Webinar Hilirisasi Minerba: Industrialisasi Mineral Menuju Indonesia Emas, belum lama ini.
Nico memaparkan perusahaan telah menandatangani framework agreement antara konsorsium LGES dengan Antam dan IBC pada 14 April 2022. Kerja sama itu berisi komitmen pembangunan industri EV battery di Indonesia secara end to end.
Membangun Pabrik