WAHANANEWS.CO, Jakarta - Emiten maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) telah mencatatkan rugi bersih sebesar US$182,53 juta atau Rp3,03 triliun (asumsi kurs Rp16.631 per dolar AS) per kuartal III/2025. 							
						
							
							
								Berdasarkan laporan keuangan, rugi bersih GIAA itu membengkak 39,10% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan rugi bersih periode yang sama tahun sebelumnya US$131,22 juta atau Rp2,18 triliun. 							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										Resmi! Veronica Tan Jadi Komisaris Citilink, Ini Sosok-Sosok Baru Pengendali Maskapai
									
									
										
											
										
									
								
							
							
								Membengkaknya rugi GIAA sejalan dengan pendapatan usaha yang turun 6,7% YoY menjadi US$2,39 miliar per kuartal III/2025, dibandingkan US$2,56 miliar per kuartal III/2024. 							
						
							
							
								Pendapatan GIAA terbesar berasal dari penerbangan berjadwal yang turun 8,52% YoY menjadi US$1,84 miliar. Kemudian, pendapatan dari penerbangan tidak berjadwal naik 2,88% YoY menjadi US$299,55 juta. 							
						
							
							
								Di sisi lain, GIAA membukukan beban usaha yang susut dari US$2,38 miliar per kuartal III/2024, menjadi US$2,28 miliar per kuartal III/2025. 							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										Aturan Tak Tertulis Soal Pakaian Saat Terbang: Hindari Ini Demi Kenyamanan & Keamanan
									
									
										
									
								
							
							
								Akan tetapi, setelah dipengaruhi pendapatan dan beban lainnya, GIAA membukukan rugi sebelum pajak penghasilan yang naik 42,98% YoY menjadi US$211,71 juta per kuartal III/2025. 							
						
							
							
								Dari sisi neraca, GIAA masih berkutat dengan ekuitas negatif di mana nilai liabilitas atau kewajiban melebihi asetnya. 							
						
							
							
								GIAA telah membukukan aset sebesar US$6,75 miliar pada periode yang berakhir 30 September 2025. Sementara, liabilitas GIAA mencapai US$8,28 miliar. 							
						
							
								
							
							
								Alhasil, ekuitas GIAA minus US$1,53 miliar. Namun, dalam laporan keuangannya tercatat bahwa pada 2025 GIAA terus menunjukkan perbaikan dalam fundamental bisnisnya. 							
						
							
							
								Kemajuan ini didukung oleh keberhasilan dalam memperoleh pendanaan tambahan, termasuk shareholder loan dari Danantara sebesar US$405 juta atau Rp6,65 triliun. 							
						
							
							
								Shareholder loan itu kemudian akan dikonversikan menjadi ekuitas diiringi rencana penyertaan modal tambahan. 							
						
							
								
							
							
								Sebagian besar dana itu akan dialokasikan untuk pemeliharaan pesawat yang dioperasikan oleh Garuda Indonesia dan Citilink.							
						
							
							
								[Redaktur: Alpredo Gultom]