"Tujuan utama kami adalah untuk terus memberikan manfaat bagi perempuan melalui penelitian, dan untuk menghilangkan hambatan psikologis bagi mereka yang memutuskan untuk tidak memulai pengobatan, merasa khawatir dengan efek fisik dan emosional dari stimulasi ovarium terhadap diri mereka, meskipun gejala yang terkait dengan proses ini biasanya bersifat sedang dan hilang dalam beberapa hari," ungkap Dr. Bosch.
Meskipun ini merupakan langkah mendasar dalam penanganan kesuburan, diperkirakan 20% pasangan yang ingin memiliki anak kedua tidak melakukannya karena keengganan mereka mengenai kemungkinan efek stimulasi ovarium.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
"Menemukan formula untuk meningkatkan proses ini dari ilmu pengetahuan merupakan proyek yang menarik dan penuh harapan bagi kami, dalam pekerjaan penelitian berkelanjutan kami, dan memungkinkan kami untuk terus membantu dengan cara melakukan penelitian perintis serta dengan memanfaatkan kemajuan terkini kepada perempuan yang memercayakan keinginan terbesar mereka kepada kami," demikian kesimpulan Dr. Pellicer.
"Menghindari stimulasi ovarium terkontrol bersama dengan hormon pemicu dalam ART jelas mewakili inovasi ilmiah dan klinis yang hebat," ungkap Prof. Johan Smitz dari Lavima Fertility.
Telur yang belum matang diambil dari folikel kecil yang tidak distimulasi. Kompleks kumulus oosit itu kemudian dimatangkan dalam proses dua langkah baru secara in vitro dengan menggunakan beberapa suplemen media kultur. Teknologi ini disebut CAPA-IVM. Lima studi klinis acak telah dilakukan di Asia dan lebih dari 850 bayi telah dilahirkan dengan menggunakan teknologi perawatan kesuburan bebas hormon baru ini, yang mendasari keamanan CAPA-IVM.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
"Kami merasa sangat antusias dengan kolaborasi penelitian di antara IVI RMA Global dan Lavima Fertility di bidang pengobatan kesuburan bebas hormon. IVI RMA Global merupakan grup klinik IVF terbesar di dunia dan bekerja bersama-sama dengan klinik IVI RMA Global di bidang ini akan memungkinkan untuk menghadirkan CAPA-IVM kepada lebih banyak pasien di seluruh dunia di masa depan," tutup Prof. Smitz.
[Redaktur: Amanda Zubehor]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.