WahanaNews.co | Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) memasuki usia satu dekade. Selama perjalanan pelaksanaannya, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai masih terdapat disparitas atau perbedaan layanan rumah sakit, antara peserta dan nonpeserta.
Pasien mandiri cenderung memperoleh fasilitas layanan istimewa, sedangkan peserta JKN dinomorduakan.
Baca Juga:
Layanan BPJS Kesehatan Dipastikan Tidak Libur Selama Lebaran 2025
Artinya, ada semacam disparitas pelayanan, antara peserta JKN dan non JKN.
"Ini PR pak Dirut untuk menghilangkan hal itu," ujar Ketua YLKI Tulus Abadi dalam acara Outlook 2023 diskusi publik 10 tahun program JKN, Senin (30/1/2023).
Menurut Tulus, kejadian seperti itu masih sering terjadi. Karenanya, di masa mendatang perlu ada standarisasi pelayanan baik pasien yang menggunakan BPJS maupun yang membayar langsung dengan uang pribadi.
Baca Juga:
BPJS Kesehatan Yogyakarta Jamin Pemudik dan Wisatawan Akses Layanan Kesehatan Aktif
“Misalnya saja ya, kalau pasien komersial, dipanggilnya yang terhormat Bapak Bambang, kalau JKN langsung di panggil pak Bambang, itu gambaran kecilnya, banyak diskriminatif yang harus dihilangkan dan dilapangan masih terasa,” paparnya.
Selain itu, kondisi faktualnya, masalah infrastruktur kesehatan di Indonesia belum tersebar secara merata, terutama untuk tindakan medis besar yang alat kesehatan masih terbatas.
“Ketersediaan alat kesehatan masih terbatas karena harganya yang masih mahal. Soalnya, alat kesehatan saat ini masih dikenakan pajak barang mewah dari Negara," sebutnya.
Selain masalah sebaran perangkat kesehatan ini di berbagai daerah, sambung Tulus, Kemenkes juga harus fokus menciptakan dokter-dokter spesialis di tingkat kabupaten dan di pelosok.
"Jadi ketika ada yang sakit tidak perlu berobat jauh-jauh ke provinsi, karena tidak ada dokter spesialis di daerah," kata Tulus.
Tulus juga menekankan, saat ini belum semua rumah sakit bekerjasama dengan program JKN, khususnya untuk RS Swasta.
“Hal itu menambah menghambat akses masyarakat untuk mendapatkan fasilitas kesehatan,” pungkasnya. [eta]