“Keseriusan Presiden tidak sepenuhnya diimbangi oleh stakeholder atau para pembantunya,” ujarnya, menegaskan bahwa hingga kini Agrinas Pangan Nusantara belum mendapat alokasi dana sepeser pun.
Ketiga, birokrasi di tubuh Danantara dinilai terlalu rumit karena studi kelayakan yang diajukan untuk proyek strategis harus diulang hingga tiga kali tanpa kepastian persetujuan.
Baca Juga:
Kejatisu Dukung Ketahanan Pangan Sumut: Penerangan Hukum di PT Pupuk Indonesia Medan
"Sehingga sampai hari ini dimintakan lagi FS yang sampai hari ini mungkin ketiga atau keempat kali kita serahkan itu," ujarnya.
Keempat, ia menyoroti perbedaan mencolok antara budaya kerja swasta yang cepat dan efisien dengan BUMN yang penuh prosedur berlapis, yang menurutnya menghambat realisasi program.
“Budaya ini ternyata sangat berbeda dari yang selama ini kami jalankan, sehingga saya melihat semangat dan keseriusan Pak Prabowo yang luar biasa justru tidak diimbangi oleh para pembantunya,” kata Joao.
Baca Juga:
Kunjungan Kerja ke Tapteng, Kapolda Sumut Tanam Jagung Hingga Tebar Bibit Ikan
Kelima, ia menilai administrasi di Danantara panjang, tumpang tindih, dan tidak pernah selesai, sehingga urusan terus berputar tanpa kejelasan penyelesaian.
"Termasuk teman-teman di Danantara masih terbelenggu dengan administrasi yang sangat panjang, bertumpang tindih, dan tidak pernah selesai," pungkasnya.
Menanggapi pengunduran diri tersebut, CEO Danantara Indonesia Rosan Roeslani mengatakan pihaknya menghormati keputusan pribadi Joao Mota dan akan memprosesnya sesuai ketentuan perusahaan.