“Untuk jangka panjang, infrastruktur ini kami sediakan tak hanya untuk pertemuan KTT G20, tetapi juga memang kami masifkan untuk mendukung kebutuhan masyarakat dalam penggunaan kendaraan listrik,” ujarnya.
Dalam mendukung gelaran KTT G20 dan mempercepat ekosistem kendaraan listrik khususnya di Bali, PLN akan membangun SPKLU ultra fast charging 200 kilo watt (kW) sebanyak unit 60 unit yang membutuhkan investasi senilai Rp 72,84 miliar.
Baca Juga:
Era Energi Terbarukan, ALPERKLINAS: Transisi Energi Harus Didukung Semua Pihak
Darmawan mengatakan SPKLU ultra fast charging berfungsi sebagai media pengisian listrik 656 unit kendaraan listrik yang akan beroperasi selama pelaksanaan KTT G20.
“Dengan SPKLU ultra fast charging 200 kW tersebut, pengisian daya kendaraan listrik hanya membutuhkan waktu kurang dari 30 menit untuk 1 kendaraan,” jelasnya.
Selain SPKLU ultra fast charging, PLN juga membangun 21 unit SPKLU fast charging dan memberikan dukungan dalam penyediaan 150 unit home charging. Di sisi lain, sumber listrik yang digunakan SPKLU ultra fast charging dan home charging telah memiliki sertifikasi energi terbarukan (renewable energy certificate/REC).
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Untuk memastikan keandalan listrik selama KTT G20, Darmawan menjelaskan, kondisi subsistem Bali memiliki daya mampu sebesar 1.322 mega watt (MW), dengan beban puncak sebesar 754,6 MW (2021). Dengan begitu, terdapat cadangan sebesar 567,8 MW.
Adapun proyeksi beban puncak saat penyelenggaraan KTT G20 sebesar 980 MW sehingga reserve margin sebesar 342,1 MW.
“Lokasi utama juga kami tingkatkan keandalannya pasokan listriknya, seperti Bandara Ngurah Rai, Kempinski, Bali Nusa Dua Convention Center, Bali Turtle Island Development, Mangrove Tahura, Garuda Wisnu Kencana Cultural Park, dan 14 hotel penginapan para kepala negara,” ujar Darmawan. [tum]