Kebijakan ini tercantum dalam Undang-Undang One Big Beautiful Bill yang telah ditandatangani Presiden Donald Trump dan akan berlaku mulai 30 September 2025.
Dengan dihapuskannya insentif sebesar 7.500 dollar AS untuk setiap pembelian atau sewa kendaraan listrik baru, daya tarik mobil listrik pun diprediksi akan merosot.
Baca Juga:
Elon Musk Serukan Pemakzulan Trump! Drama Politik AS Makin Panas
Analis senior Piper Sandler, Alex Potter, menilai bahwa Tesla akan menghadapi sejumlah pertanyaan besar dari pasar. Dalam catatannya, Potter menyebut insentif pajak telah memberikan kontribusi sekitar 3,5 miliar dollar AS untuk Tesla sepanjang 2024, yang disebutnya sebagai “uang gratis”.
Meski begitu, Potter memperkirakan dampak penghapusan insentif ini akan bersifat moderat. “Kami tidak melihat perlunya revisi drastis terhadap proyeksi keuangan Tesla dalam jangka pendek,” tulisnya.
Senada dengan Potter, analis Wedbush Securities, Dan Ives, menyebut keputusan politik ini sebagai “hambatan” bagi Tesla dan seluruh industri EV di AS. “Sumber uang ini tidak lagi jadi bagian besar dari cerita,” katanya.
Baca Juga:
Akhiri Era Kontroversial di Pemerintahan Trump, Elon Musk Umumkan Mundur Bertahap dari DOGE
Sepanjang tahun 2025, saham Tesla sudah terkoreksi lebih dari 12 persen. Meskipun sempat menguat beberapa bulan terakhir setelah Musk tidak lagi menjadi bagian dari pemerintahan Trump, namun sejumlah analis menilai keikutsertaannya dalam isu politik justru membawa dampak negatif.
Tim analis dari William Blair, misalnya, menurunkan peringkat saham Tesla dengan alasan bahwa investor “lelah dengan gangguan yang ditimbulkan oleh Musk”.
Sebelumnya, Musk secara terbuka mengkritik langkah pemangkasan insentif energi bersih, termasuk subsidi untuk kendaraan listrik, dengan menyebut kebijakan itu “sangat merusak masa depan Amerika Serikat”.