WahanaNews.co, Jakarta - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif terjaga di tengah meningkatnya risiko dan perlambatan ekonomi global. Hal tersebut terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) triwulan III-2023 yang tumbuh positif sebesar 4,94 persen (year on year/yoy).
“Meskipun melambat dibandingkan periode sebelumnya, Indonesia termasuk salah satu negara dengan kinerja pertumbuhan ekonomi yang masih relatif kuat,” ujar Febrio dalam keterangan resminya, Selasa (7/11).
Baca Juga:
Wamenkeu Suahasil: Sektor Keuangan Jadi Game Changer Pembangunan Indonesia
Febrio menegaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif stabil di tengah tantangan global. Hal ini menunjukkan APBN telah menjalankan fungsinya sebagai stabilisator dan shock absorber untuk melindungi masyarakat dengan baik.
“Ke depan, APBN akan terus dioptimalkan untuk melindungi masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi”, kata Febrio.
Lebih lanjut, Febrio menjelaskan dari sisi pengeluaran, konsumsi masyarakat sebagai kontributor utama tumbuh sebesar 5,1 persen (yoy) pada triwulan III-2023.
Baca Juga:
Selenggarakan Forum Bakohumas, Kemenkeu Tekankan Langkah-langkah Pengelolaan Anggaran Jelang Akhir Tahun
“Laju konsumsi rumah tangga yang tumbuh positif didukung oleh daya beli masyarakat yang terjaga dengan tingkat inflasi yang terkendali,” ujar Febrio.
Sementara itu, konsumsi pemerintah untuk mendorong penguatan aktivitas ekonomi dan peningkatan pelayanan publik juga ditingkatkan.
“Konsumsi pemerintah yang terealisasi hingga saat ini diharapkan memiliki multiplier effect yang lebih tinggi terhadap perekonomian bagi keberlangsungan transformasi ekonomi,” kata Febrio.
Di sisi lain, Investasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menunjukkan kinerja impresif dengan pertumbuhan sebesar 5,8 persen (yoy) pada triwulan III-2023. Adapun ekspor barang dan jasa terkontraksi sebesar 4,3 persen (yoy) akibat pelemahan permintaan global. Penurunan kinerja ekspor tidak hanya dialami Indonesia, melainkan juga terjadi di banyak negara akibat melemahnya aktivitas ekonomi dunia. Sementara, impor pada triwulan III-2023 juga terkontraksi sebesar 6,2 persen (yoy), terutama bersumber dari penurunan impor bahan baku/penolong.
Febrio menyebut bahwa peran APBN akan terus dioptimalkan untuk melindungi masyarakat melalui pemberian bantuan pangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah serta penguatan distribusi pasokan pangan.
“Selain itu, koordinasi pusat dan daerah melalui TPIP (Tim Pengendalian Inflasi Pusat) dan TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) terus diperkuat untuk menjaga stabilitas harga,” ujar Febrio. Demikian dilansir dari laman kemenkeugoid, Rabu (9/11).
[Redaktur: JP Sianturi]