Arief pun menyampaikan, jika kekosongan 20-30 persen pasokan impor gandum ke Indonesia terhambat akibat perang Ukraina dengan Rusia maka ada peluang sekitar 3-4 juta ton gandum yang dapat diisi oleh aneka pangan lokal sumber kabohidrat sesuai dengan kearifan daerah masing-masing.
"Itu bisa kita konversi ke pangan lokal. Jadi sumber kabohidrat itu bukan hanya gandum. Bisa beras, bisa ubi, ketela, kemarin Pak Presiden sampaikan, pangan-pangan lokal di daerah, kearifan lokal itu yuk kita bangunkan kembali," katanya.
Baca Juga:
Jokowi Katakan Harga Gandum dan Pupuk Naik Imbas Perang Ukraina dan Rusia
Menurut dia, ada jalan bagi petani untuk membuat kearifan pangan lokal menjadi target pasar dengan ditambah penganekaragaman konsumsi dalam situasi ini.
"Makanya, kita nih sekarang punya beberapa deputi dan deputi ini sekarang sedang menginventarisasi, sehingga dalam satu dua tahun ke depan kita bisa bangun lebih cepat," jelasnya.
Kepala Badan Pangan Nasional itu menyampaikan tidak ada negara yang memiliki hari tanam tiga sampai empat bulan seperti di tanah Indonesia yang subur.
Baca Juga:
PBB Ingatkan Dunia Terancam Kelaparan Imbas Rusia Serang Lumbung Pangan Ukraina
Namun demikian, Indonesia memiliki tantangan teknologi pascapanen, seperti teknologi penyimpanan pangan dan distribusi untuk mendistribusikan pangan dari daerah berlimpah atau surplus ke daerah kekurangan sumber pangan atau daerah konsumtif.
"Nah distribusi tentu dengan Kementerian Perhubungan dengan timnya Pak Budi Karya gitu ya," ujarnya. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.