WahanaNews.co | Kabar cukup menggemparkan datang dari adanya krisis utang yang melanda Evergrande, salah satu perusahaan properti raksasa dari Tiongkok.							
						
							
							
								Perusahaan tersebut memiliki total liabilitas sekitar 305 miliar dolar Amerika Serikat.							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										Masyarakat Korut Makan Harimau hingga Beruang Akibat Kelaparan Ekstrem
									
									
										
											
										
									
								
							
							
								Krisis ini dikhawatirkan dapat meruntuhkan stabilitas keuangan Tiongkok maupun global.							
						
							
							
								"Lalu bagaimanakah dampak dari kondisi krisis Evergrande dan kerawanan industri properti di Tiongkok terhadap Indonesia? Salah satu kekhawatiran dari efek Evergrande adalah kenaikan cost of fund atau biaya dana, di mana jika biaya dana tinggi, maka pengembang Tiongkok yang ada di Indonesia akan otomatis tertekan. Hal ini menyebabkan developer Tiongkok tidak bisa lagi mencari pendanaan di Indonesia akibat biaya dana yang tinggi, sehingga pasar real estate di Indonesia akan sulit bekerja sama dengan pengembang Tiongkok," papar CEO/Managing Partner Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani, di Jakarta, Senin (22/11/2021).							
						
							
							
								Ia mengatakan, potensi imbas ke Tanah Air juga dapat dilihat dari dua sisi, yaitu ekspor dan hutang.							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										Kasus Spionase, Mata-Mata China Dituduh Susupi Parlemen Inggris
									
									
										
									
								
							
							
								Krisis likuiditas Evergrande bisa berdampak pada penurunan kepada sektor ekspor yang berorientasi dengan material properti seperti besi baja, keramik, bahan tambang, sampai kayu yang masuk dalam rantai pasok industri properti di Tiongkok, akan mengalami penurunan imbas krisis Evergrande.							
						
							
							
								Ia menjelaskan, jika Evergrande gagal melakukan pembayaran, hal ini akan berdampak pada bursa saham Indonesia, yang mana investor asing akan menyesuaikan kembali portfolio kepemilikan sahamnya di bursa efek Indonesia.							
						
							
							
								"Menteri Keuangan Sri Mulyani juga mewaspadai permasalahan in terhadap kegiatan ekspor Indonesia ke Tiongkok," kata dia.