Kelompok dengan kenaikan indeks tertinggi adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya, yang naik 6,25 persen.
Diikuti oleh makanan, minuman, dan tembakau yang naik 2,57 persen, serta penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,25 persen.
Baca Juga:
Kadin PUPR-Kaltara Dukung PSN seperti KIPI dan PLTA Mentarang di Provinsi
Di sisi lain, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan menjadi satu-satunya kelompok yang mengalami penurunan indeks, yaitu sebesar 0,28 persen.
Beberapa komoditas yang memberikan kontribusi signifikan terhadap deflasi y-on-y antara lain beras, cabai merah, daging ayam ras, telur ayam ras, tomat, ikan segar, bensin, dan telepon seluler.
Kondisi ini menambah catatan negatif bagi pemerintahan Joko Widodo, mengingat deflasi telah berlangsung sejak Mei hingga September 2024.
Baca Juga:
Ekspedisi Rupiah Berdaulat 2024: Eksplorasi Lima Pulau di Kalimantan Utara
Pada tingkat provinsi, Papua Barat mencatat deflasi paling parah, mencapai 0,92 persen, diikuti oleh Papua Selatan dengan 0,74 persen, dan Papua Pegunungan sebesar 0,60 persen.
Sulawesi Utara dan Aceh masing-masing mengalami deflasi sebesar 0,54 persen dan 0,52 persen.
Provinsi lainnya yang masuk dalam daftar sepuluh besar deflasi terparah termasuk Sumatera Barat, Papua Tengah, dan Riau, sementara Bengkulu mencatat deflasi 0,28 persen.