WahanaNews.co | Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan PT PLN (Persero) agar menjaga pasokan batu bara di tengah lonjakan harga komoditas tersebut.
Sri Mulyani mengatakan pemerintah telah menerbitkan kewajiban pasokan batu bara untuk kepentingan dalam negeri atau domestic market obligation (DMO). Maka dari itu, jangan sampai pasokan menipis karena harga batu bara sedang tinggi-tingginya sekarang.
Baca Juga:
Ratu Batu Bara Tan Paulin Diperiksa KPK di Kasus Rita Widyasari
"Batu bara sekarang ada DMO, ini PLN harus secure, jangan sampai nanti tiba-tiba PLN tidak ada pasokan (akibat harga batu bara naik tinggi," ungkap Sri Mulyani dalam CNBC Indonesia Economic Outlook 2022, Selasa (22/3).
Harga batu bara sendiri sempat tembus ke level US$400 per ton usai Rusia menyerang Ukraina. Kini, harga batu bara mulai berada dalam tren penurunan.
Meski begitu, harga batu bara masih terbilang mahal, yakni di level US$220 per ton.
Baca Juga:
KPK Ungkap Eks Bupati Kukar Dapat US$5 per Matrik Ton dari Perusahaan Batu Bara
Sementara, Sri Mulyani mengatakan pemerintah masih mempertahankan tarif listrik agar tak naik di tengah lonjakan harga berbagai komoditas.
Menurut dia, keputusan ini diambil agar tak terjadi 'market shock'. Dengan demikian, daya beli masyarakat tetap terjaga.
Jika pemerintah mengerek tarif listrik, maka proses pemulihan ekonomi berpotensi terganggu. Ujung-ujungnya, pemerintah akan gagal mempertahankan ekonomi domestik di zona positif tahun ini.
"Untuk RI kami akan katakan shock market kalau komoditas, oil and gas pilihannya shock dan diteruskan ke rakyat naik tinggi, maka jeblok semua. Makanya sekarang listrik belum naik," ucap Sri Mulyani.
Selain listrik, Sri Mulyani juga memastikan harga BBM Pertalite tak naik dalam waktu dekat. Padahal, harga minyak mentah dunia sudah hampir mendekati US$120 per barel.
"BBM tidak naik. Pertalite tidak diubah dan ini sebabkan nanti bayar kompensasi ke Pertamina. Jadi ini APBN hitung berapa masuk dan berapa ditagihkan ke kami dan struktur APBN akan sehat tidak," ucap Sri Mulyani.
Sementara, Sri Mulyani tak menjelaskan gamblang mengenai nasib harga Pertamax. Hanya saja, ia tak menampik bahwa harga Pertamax bisa saja terkena imbas dari lonjakan harga minyak mentah dunia.
"Pertama kena karena dia nggak disubsidi, untuk masyarakat atas," jelas Sri Mulyani.
Sementara, Sri Mulyani mengakui dunia sedang sulit saat ini. Pasalnya, hampir semua harga komoditas naik.
Situasi ini akan berdampak pada harga barang dan jasa di konsumen. Maka dari itu, pemerintah perlu turun tangan demi menjaga daya beli masyarakat.
"Jadi ini kayak kena badai semua dan saat ekonomi sedang tertatih-tatih dari pandemi, sehingga belum kuat untuk bangkit," pungkas Sri Mulyani. [qnt]