“Kita perlu membangun EV ecosystem dari hulu. Dan ini PR untuk kita semua sebagai engineer,” kata Menko Airlangga.
Serupa dengan ekonomi hijau, ASEAN juga mengupayakan penerapan ekonomi biru. Para Menteri Dewan Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) mengadopsi ASEAN Blue Economic Framework pada AEC Council Meeting ke-23 dan selanjutnya juga diadopsi oleh para Pemimpin pada KTT ASEAN ke-43.
Baca Juga:
Bertemu Prabowo, Delegasi FKI Sepakat Perkuat Kerja Sama dengan Indonesia
Selain itu, untuk memfasilitasi pembangunan berkelanjutan, mendorong praktik ramah lingkungan, meningkatkan kesejahteraan sosial, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan, Indonesia juga menyelenggarakan ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF).
AIPF memiliki serangkaian hasil nyata yang terdiri dari 93 proyek, dengan nilai agregat sekitar 38,2 miliar USD yang dirancang untuk menyelaraskan dengan infrastruktur ramah lingkungan dan rantai pasokan yang fleksibel, inovasi dan pembiayaan berkelanjutan, serta transformasi digital.
Perlu diketahui bahwa upaya untuk mencapai perekonomian berkelanjutan juga dilakukan di tingkat nasional. Menko Airlangga menjelaskan bahwa biofuel di Indonesia akan terus dikembangkan berdasarkan aspek pendukungnya, tidak hanya biodiesel (bioetanol, HVO, Bioavtur), tetapi juga produk CPO dan juga produk non-CPO.
Baca Juga:
Diapresiasi dan Libatkan Seluruh Stakeholders di Amerika Serikat, Delegasi Indonesia Telah Sampai pada Fase Negosiasi Teknis
Pengembangan ini dilakukan tidak hanya oleh perusahaan besar, tetapi juga melalui pemberdayaan berbasis masyarakat, tentunya dengan memenuhi spesifikasi konsumen, pemanfaatan produk samping biodiesel, dan pengembangan teknologi biofuel yang lebih canggih.
“Indonesia juga telah menjajaki potensi sel bahan bakar hidrogen. Hidrogen merupakan teknologi yang menjanjikan yang bisa digunakan tidak hanya untuk otomotif,” tandas Menko Airlangga. Demikian dilansir dari laman ekongoid, Kamis (23/11).
[Redaktur: JP Sianturi]