Untuk itu, dalam mendukung industri tekstil melalui perkembangan serat rami ini, Kemenkop UKM bersama Pemerintah Daerah Wonosobo berencana membangun Rumah Produksi Bersama (RPB) serat rami untuk mendukung industri tekstil.
“Setidaknya dibutuhkan sekitar 5.000 meter persegi yang dikelola berbasis koperasi multipihak, agar memudahkan kita mencari investor dengan fokus pada produk custom dan ketersediaan bahan baku,” ucap Menteri Teten.
Baca Juga:
Deputi Kemenkop UKM: Koperasi Berperan Penting Tingkatkan Kapasitas UMKM dan Taraf Hidup
Tercatat neraca perdagangan Januari 2024, komoditas Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia (kode HS 50-63) mengalami surplus (210 juta dolar AS). Meskipun secara agregat TPT mengalami surplus, komoditas sutra (HS 50), wol (HS 51), kapas (HS 52), serat tekstil nabati (HS 53) masih mengalami defisit.
Khusus TPT berbahan serat alam, Indonesia mengimpor serat alam sekitar 3 kali lipat nilai ekspornya (rata-rata impor 2,448 miliar dolar AS sedangkan rata-rata ekspor 0,841 miliar dolar AS.
Dalam kesempatan tersebut, turut hadir Wakil Bupati Kabupaten Wonosobo Muhammad Albar yang menyambut kedatangan Menkop UKM.
Baca Juga:
Kemenkop UKM Terus Dukung UMKM di Tengah Penurunan Daya Beli Masyarakat
“Alhamdulillah dengan kehadiran Menkop UKM, saya yakin potensi rami akan semakin dikenal di level nasional serta diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi perekonomian baik di Wonosobo maupun di tingkat nasional,” katanya.
Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) CV Rabersa Wibowo Akhmad menjelaskan, sejak berdiri pada 1999, pihaknya menghasilkan produk setengah jadi berupa material mentah serat rami inagrass. Produk CV Rabersa saat ini memasok dua perusahaan ekspor PT Retota, Magelang dan PT Gisapda, Pekalongan.
Selanjutnya dua perusahaan ini mengolah serat rami ini sebagai home decoration yang sebanyak 95 persennya untuk pasar ekspor khususnya AS.