WahanaNews.co, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR) Basuki Hadimuljono berharap para lulusan karyasiswa Magister Super Spesialis program Kementerian PUPR dapat jadi profesional sejati di bidangnya masing-masing, sehingga ke depannya dapat memberikan solusi atas setiap tantangan pembangunan.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Basuki saat memberikan Pembekalan Karyasiswa Program Magister Super Spesialis Tahun 2024 dan Kolokium Pendidikan Menyongsong Indonesia Emas di Jakarta, Selasa (27/8/2024).
Baca Juga:
PUPR Siapkan Rp 90 Miliar Angggaran untuk Ganti Rugi Warga Terdampak Pembangunan IKN
"Sebagai spesialis semua alumni harus memahami bidang ilmu secara utuh mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Spesialis harus mampu mewujudkan mimpi generalis menjadi realita kenyataan, tidak cukup hanya mampu membuat perencanaan," kata Menteri Basuki.
Sebagai contoh, Menteri Basuki mengatakan, di Program Magister Air Tanah, seorang spesialis harus menguasai masterplan dan DED pengembangan air tanah, teknik survei geofisika/ geolistrik, pengeboran air tanah, interpretasi hasil pengujian hingga eksplorasi untuk air minum, irigasi, dan lain lain.
Demikian juga seorang ahli air minum harus mengetahui proses penyediaan air minum mulai pengambilan air baku, desain instalasi pengolahan air minum, konstruksi IPA, commissioning test distribusi dan pengoperasiannya, serta penyelidikan unaccounted for water.
Baca Juga:
Menteri PUPR Dorong Percepatan Proyek Manajemen Banjir Perkotaan Terpadu di Jabodetabek dan Potensi Kolaborasi Infrastruktur
Selanjutnya Menteri Basuki juga berpesan kepada para karyasiswa super spesialis agar mengintegrasikan diri dan ilmu pengetahuan ke dalam lingkungan kerja dengan membangun teamwork yang kuat. Selain itu menurutnya juga penting untuk memiliki Akhlakul Karimah, dan profesional untuk menghasilkan karya infrastruktur yang berkualitas, estetis, dan memperhatikan keberlanjutan lingkungan
"Memiliki kejujuran profesional. Bekerjalah sesuai dengan bidang keahlian dan kompetensinya. Sebagai contoh ketidakjujuran profesional akan menghasilkan karya infrastruktur yang tidak andal. Sebagai contoh, apabila jembatan dibangun oleh orang sumberdaya air, maka jembatan yang dibangun bisa miring karena desain jembatan tidak memenuhi standar," kata Menteri Basuki.
Demikian juga dikatakan Menteri Basuki apabila infrastruktur jalan seperti bundaran roundabout didesain oleh arsitek, maka hasilnya bisa tidak sesuai dengan standar untuk lalu lintas yang aman. Contoh lain, ahli jalan dan jembatan membangun drainase tol, maka dapat terjadi banjir/ longsor pada lereng karena desain drainase dan karakter hidrologi tidak mencukupi kapasitasnya.