Adapun sisa panen berikutnya di bulan Oktober hingga Januari yang dinamakan paceklik. Di mana panen masih ada, tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bulanan pada waktu itu.
"Jadi misalnya, Oktober hingga Januari panen masih ada, nah kebutuhan konsumsi bulanan beras itu kan kira kira 2,5 juta per bulan. Nah di bulan bulan paceklik itu, hampir bisa dipastikan produksi itu tidak mencukupi konsumsi," jelasnya.
Baca Juga:
Prabowo Tinjau Langsung Panen Padi di Merauke
Meskipun, lanjutnya, terkadang mencukupi namun sebagian besar tidak akan mencukupi konsumsi. Maka itu, dengan irama tersebut, harga beras akan rendah saat panen raya, mulai naik panen gadu, dan tinggi di masa paceklik.
"Jadi kalau ngikutin siklus itu, jadi sekarang itu harga tinggi ya wajar saja. Karena memang ngikutin siklus dan kaitannya dengan pasokan permintaan, pasokannya terbatas permintaannya tetap," ujarnya.
Khudori mengatakan, meskipun kenaikan harga tidaklah besar dia mengingatkan untuk terus waspada. Sebab kenaikan harga beras akan menyedot belanja rumah tangga, karena pengeluaran masyarakat miskin terbesar ada pada beras.
Baca Juga:
Dinas Pertanian Kubu Raya Rencanakan Penanaman Padi 69.462 Ton Tahun 2024
"Kalau dari garis kemiskinan kira-kira 20 persen hingga 23 persen pengeluaran keluarga miskin itu untuk beras. Kalau harga beras naik itu artinya mereka harus merelokasi pengeluaran yang lain," imbuhnya. [tum]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.