"Di masa daya beli belum pulih, kok pemerintah malah menambah beban jika ada kelangkaan stok gas 3 kg," sambung Mukroni.
Pasca kenaikan harga pada Minggu (11/7), harga isi ulang elpiji non subsidi di Ibu Kota Jakarta berkisar Rp 100 ribu per tabung, untuk ukuran 5,5 kg, sedangkan Rp 213 ribu untuk tabung 12 kg.
Baca Juga:
Jangan Lupa! Beli LPG 3 Kg Sekarang Wajib Pakai KTP
Harga tersebut melonjak dari Rp 88 ribu untuk elpiji 5,5 kg dan Rp 187 ribu untuk elpiji 12 kg. Berdasarkan data Pertamina, porsi penggunaan gas subsidi mencapai 93 % per Januari 2022. Sementara, sisa 7 % adalah penggunaan gas non subsidi.
Sementara itu, Anggota Komisi VII DPR Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mulyanto, mengatakan kenaikan harga BBM dan elpiji non subsidi di tengah meroketnya harga barang-barang pokok dapat meningkatkan inflasi.
Hal ini ditambah dengan kondisi daya beli masyarakat yang belum pulih pasca hantaman Pandemi Covid-19.
Baca Juga:
Polsek Kuala Tangkap Pelaku Pencurian Televisi Dan Tabung Gas
Mulyanto menilai, kenaikan harga BBM dan elpiji non subsidi akan menghantam pengusaha kecil dan mikro untuk mendapatkan BBM dan elpiji subsidi.
"Ini harus dijamin pemerintah. Karena yang naik itu komoditas umum atau non subsidi, maka Keputusannya murni dari pihak Pemerintah, tanpa keterlibatan DPR," kata Mulyanto.
Di sisi lain, Mulyanto memahami kenaikan harga minyak dan gas dunia memberi tekanan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan keuangan Pertamina.