WahanaNews.co | Talas beneng yang dulunya biasa tumbuh liar di Gunung Karang, Pandeglang, Banten, kini naik daun karena merupakan produk pertanian komoditas ekspor.
Salah satu pembudidaya talas beneng asal Banjar Belong, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Gianyar, I Made Budiarta menuturkan bahwa talas beneng ini memiliki karakteristik yang unik yaitu berukuran besar dan berwarna kuning dan bagian terbesarnya berupa batang yang bisa dikonsumsi.
Baca Juga:
BPS Kalsel: Ekspor Provinsi Capai 1 Miliar Dolar AS pada Januari 2024
“Sehingga Talas Beneng ini juga sering disebut “Si Raksasa” karena berukuran besar,” ujarnya, dikutip Sabtu (11/6).
Ditambahkannya jika, talas beneng juga memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi sehingga dapat menjadi bahan pangan alternatif.
Hanya saja talas beneng kerap dikonsumsi sembunyi-sembunyi karena dianggap makanan kelas rendah. Hal itu juga membuat pangan alternatif ini kurang begitu dikenal masyarakat.
Baca Juga:
Kaltim Ekspor Nonmigas ke Negara ASEAN, Pendapatan 4,63 Miliar Dolar AS 2023
Namun kini talas beneng dibudidayakan secara besar-besaran, bahkan naik kelas menjadi produk pertanian komoditas ekspor.
“Talas beneng katanya, bermanfaat dari umbi batang, pelepah, dan daunnya. Umbi batang diolah menjadi tepung untuk pangan alternatif. Umbi talas beneng bisa diolah menjadi tepung untuk berbagai jenis kue. Dan tepung talas beneng banyak diminati dikarenakan memiliki berbagai kandungan gizi,” paparnya.
Kemudian untuk pelepah talas beneng bisa dibuat kerajinan tangan mulai dari tas, topi, dan berbagai kerajinan lainnya.
Sedangkan daunnya, dimanfaatkan untuk campuran tembakau rokok. Selain itu daun kering talas beneng juga bisa dimanfaatkan untuk teh.
“Kami sekarang masih fokus pengembangan dan prioritas produksi dan pengelolahan daun. Sedangkan untuk batang dan pelepahnya akan menyusul, jika penanaman talas beneng sudah memenuhi target,” jelasnya.
Untuk daun talas beneng biasanya sebelum dipasarkan diolah dulu, dengan dirajang seperti rajangan tembakau lalu dikeringkan dengan bantuan cahaya matahari, sampai kadar air seminimal mungkin.
“Sehingga biasanya 10 kg daun basah dikeringkan hanya jadi 1 kg daun kering,” sebutnya.
Menurutnya, di Kabupaten Gianyar budidaya talas beneng baru mulai dikenal. Kendatipun demikian, pihaknya menargetkan penanaman 120 ribu pohon atau seluas 12 hingga14 ha di Gianyar, dengan jarak 1 meter kali 80 cm.
“Kalau sekarang baru ada sekitar 20 ribu atau sekitar 2 hingga 2,5 ha,” lanjutnya.
Sambungnya, talas beneng ditanam anakannya, yang diambil dari tunas yang tumbuh di umbi batang. Tunas itu diambil dengan memotong lalu disemai agar tumbuh umbi, akar dan daun sempurna baru ditanam.
“Dan talas beneng itu merupakan tumbuhan butuh tanaman pelindung. Karenanya bisa ditanam dengan sistem tumpang sari, misalnya di sela tanaman jeruk,” paparnya.
Talas beneng sendiri cocok ditanam di di ketinggian 400 sampai 800 di atas permukaan laut, dengan curah hujan yang cukup, di tambah pemupukan yang memadai.
Biasanya satu pohon mampu menghasilkan 0,3 kg daun basah setiap panen, setelah umur 4 bulan-1,5 tahun. Setelah 1,5 tahun -4 tahun menghasilkan 0,4-0,5 kg daun basah per pohon.
“Keunggulan talas beneng dengan talas jenis lainnya adalah, talas beneng tidak pernah mengalami musim gugur. Saat musim kemarau daun juga tumbuh seperti biasa,” tandasnya.
Sementara itu, Dirut PT Portal Bali Sejahtera, Andrie Permana, yang bergerak dibidang ekspor daun rajangan kering talas beneng menyampaikan bahwa untuk Bali komoditas talas beneng tergolong baru sehingga budidayanya belum banyak, padahal permintaan daun talas beneng kering cukup tinggi.
Hal itu terjadi karena mahalnya cukai tembakau yang harus dibayar industri rokok. Industri rokok mencari campuran tembakau alternatif . Salah satunya daun talas beneng.
“Permintaannya tinggi tapi produksi belum bisa memenuhi,” ungkapnya sembari mengatakan jika tujuan ekspor daun talas beneng kering yang paling tinggi adalah ke Belanda dan Australia.
Lebih lanjut ia mengatakan jika permintaan satu container tiap 10 hari untuk Bali baru bisa dipenuhi sebagian kecil. Maka dari itu Andrie mengajak masyarakat bergabung menjadi mitra untuk menanam talas beneng.
Karena, jika menanam sendiri-sendiri akan sulit menjual.
PT Portal Bali Sejahtera hanya memasarkan produk daun talas beneng dari mitra saja. Karena itu, untuk membudidayakan talas beneng agar memiliki kepastian pemasaran harus bergabung bekerja sama dulu.
Disisi lain, Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian Gianyar I Wayan Suarta mengaku menyambut baik pengembangan talas beneng di Kabupaten Gianyar.
Terlebih hal ini sesuai arahan Kementerian Pertanian, agar setiap Dinas Pertanian di kabupaten/kota mendorong budidaya produk pertanian komoditas ekspor.
“Talas beneng merupakan tanaman yang memiliki potensi ekspor. Jadi sudah menjadi tugas kami untuk mendorong,” ujarnya.
Pihaknya pun akan membantu melakukan pembinaan petani baik dari aspek manajemen pertanian maupun aspek teknis.
“Dan potensi pengembangan talas beneng di Gianyar memang masih terbuka. Terlebih tanaman ini bisa ditanam dengan sistem tumpang sari,” pungkasnya. [qnt]