WahanaNews.co | Harga minyak memperpanjang kenaikannya di perdagangan Asia pada Senin sore, ditopang oleh dolar AS yang lebih lemah dan pasokan yang ketat mengimbangi kekhawatiran tentang resesi dan prospek penguncian COVID-19 yang meluas di China yang dapat mengurangi permintaan bahan bakar.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terangkat 2,54 dolar AS atau 2,5 persen, menjadi diperdagangkan di 103,70 dolar AS per barel pada pukul 06.48 GMT, setelah naik 2,1 persen pada Jumat (15/7/2022).
Baca Juga:
Apresiasi Importir AS, Pemerintah Indonesia Serahkan Primaduta Award 2024
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Agustus melonjak 2,31 dolar AS atau 2,4 persen, menjadi diperdagangkan di 99,90 dolar AS per barel, setelah naik 1,9 persen di sesi sebelumnya.
Dolar AS mundur dari tertinggi multi-tahun pada Senin (18/7/22), mendukung harga-harga komoditas mulai dari emas hingga minyak.
Dolar yang lebih lemah membuat komoditas berdenominasi dolar lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.
Baca Juga:
Kopi Indonesia Dipamerkan dengan Konsep Lounge dalam Seoul International Café Show ke-23
Pekan lalu, Brent dan WTI membukukan penurunan mingguan terbesar mereka dalam waktu sekitar satu bulan di tengah kekhawatiran resesi yang akan memukul permintaan minyak.
Pengujian COVID massal berlanjut di beberapa bagian China minggu ini, meningkatkan kekhawatiran permintaan minyak di konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu.
Namun, pasokan minyak tetap ketat, mendukung harga. Seperti yang diperkirakan, perjalanan Presiden AS Joe Biden ke Arab Saudi gagal menghasilkan janji dari produsen utama OPEC untuk meningkatkan pasokan minyak.