WahanaNews.co | Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) secara resmi melarang kegiatan ekspor bijih bauksit mulai Juni 2023. Yang akan terdampak besar dari kebijakan pelarangan ekspor bauksit ini adalah China.
Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (AB3I) mencatat, bijih bauksit diproduksi oleh 28 perusahaan dengan total produksi mencapai 56 juta ton per tahun. Sementara sampai sejauh ini, untuk penyerapan bijih bauksit di dalam negeri baru tertampung sebanyak 12 juta ton per tahun.
Baca Juga:
Imbas Hilirisasi, Bahlil Sebut 54 Persen Warga Morowali Kena Asma
Hal itu karena sejauh ini baru terdapat dua fasilitas pemurnian dan pengolahan (smelter) untuk bijih bauksit ini. Alhasil sisa bijih bauksit yang mencapai 44 juta ton harus di eskpor.
Adapun dalam catatan APB3I, penikmat bijih bauksit terbesar dari Indonesia adalah China, jumlahnya kurang lebih bisa mencapai 30 juta ton. "China yang terbesar," kata Pelaksana Harian Ketua Umum APB3I, Ronald Sulistyanto, Kamis (22/12/2022).
Sebagaimana diketahui, bijih bauksit dapat diolah menjadi chemical grade alumina yang dimanfaatkan untuk industri alumina, kosmetika, farmasi, keramik dan plastic filler.
Baca Juga:
Dukung Hilirisasi, PLN Siapkan Listrik Andal Untuk Smelter Freeport yang Baru Diresmikan Presiden Jokowi
Kebijakan larangan ekspor bijih bauksit ke luar negeri sejatinya upaya pemerintah Indonesia untuk mendapatkan nilai tambah. Makanya, Presiden Jokowi meminta untuk mengembangkan hilirisasi di dalam negeri.
Hilirisasi terbukti menambah pendapatan negara yang besar. Misalnya saja nikel, pada tahun 2021 pendapatan negara dari hilirisasi nikel melejit menjadi US$ 30 miliar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang hanya US$ 1,1 miliar. [rna]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.