Mereka pun mempertanyakan, apakah setelah video-video testimoni itu, ada pesan dari PLN agar media hanya menyajikan gambaran yang bagus-bagus saja tentang PLN?
Menurutnya, kekhawatiran semacam ini bisa timbul karena yang muncul adalah pemimpin redaksi, yang di sebuah media punya posisi pengambilan keputusan tertinggi.
Baca Juga:
PLN untuk Rakyat: Dorong Pertumbuhan Industri Sukabumi Lewat Layanan Tambah Daya yang Lebih Andal
“Sederhananya, kalau pemred sudah terbeli, isi medianya pun bisa diarahkan si pemasang iklan,” katanya.
Namun, setelah mengungkapkan kekhawatirannya itu, Rizka Putri pun menyatakan keinginannya untuk berempati.
Dalam pandangannya, saat ini media memang sedang mengalami kesulitan.
Baca Juga:
Booth PLN Ramaikan Joyland Sessions 2025 dengan Promo Home Charging dan Program Gelegar PLN Mobile
Entah sudah berapa banyak media yang terpaksa harus tutup karena kesulitan ekonomi.
“Apalagi media online, yang tidak bisa mengharapkan pemasukan dari subscriber. Yang diandalkan hanyalah iklan. Tapi, iklan dalam bentuk yang biasa, sering juga dianggap tidak efektif, karena mengganggu kenyamanan pembaca atau penonton,” katanya.
Maka, media harus menawarkan terobosan-terobosan baru, termasuk gaya menampilkan pemred untuk meng-endorse produk seperti PLN Mobile tadi.