WahanaNews.co | Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati merespons resesi 2023 yang belakangan ini diisukan sebagai false alarm atau alarm palsu.
Menurut Sri Mulyani, alarm itu tidak salah. Tetapi, berbunyi di negara tetangga sehingga di Indonesia terdengar. Oleh sebab itu, tak salah bila Presiden Joko Widodo mengatakan untuk berhati-hati di tahun ini.
Baca Juga:
Pemprov Sulteng Dukung Penguatan Ketahanan Pangan Nasional, Jadi Lumbung Pangan Utama
Dia pun mengibaratkan resesi sebagai cuaca buruk dengan hujan deras dan petir menyambar-nyambar.
"Kalau pimpinan negara kita mengatakan 'eh itu lho sedang bergulung-gulung awannya, gelap, menyambar-nyambar'. Itu nggak salah dan memang kelihatan," kata Sri Mulyani dalam seminar ekonomi nasional di Malang, Jawa Timur, melansir Tempo.co.
Dia melanjutkan, masalah alarm resesi memang benar, tetapi posisi ekonomi Indonesia sedang naik. Menurutnya jika tidak waspada, Indonesia bisa saja terdampak dari resesi.
Baca Juga:
Kinerja Pendapatan Negara Tahun 2024 Masih Terkendali, Menkeu: Ada Kenaikan Dibanding Tahun 2023
"Kita bisa kesamber bledeknya dan hujannya ke sini karena hujannya merata. Cuma karena pendoponya bagus, baru, dan nggak bocor, udan deres yo ra popo neng njobo, neng kene tetep kering(di luar hujan deras, tidak apa-apa. Di dalam sini tetap kering). Itu lho maksudnya alarmnya Bapak Presiden," jelas Sri Mulyani.
Dalam kesempatan ini, Sri Mulyani membeberkan guncangan-guncangan pada perekonomian dunia, mulai dari Covid-19 hingga perang Ukraina dan Rusia. Oleh sebab itu, ekonomi dunia masih melemah.
"Dalam situasi seperti ini, sama seperti ancaman pandemi, sama dengan ancaman harga minyak yang melonjak, harga pangan yang melonjak, APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) itu menjadi instrumen yang luar biasa penting untuk menjaga Indonesia, jaga masyarakatnya, jaga ekonominya, jaga dunia usahanya," tuturnya. [eta]