WahanaNews.co | Ratusan bohlam menerangi kebun buah naga di Bumi Panrita Kitta, Sulawesi Selatan. Siapa sangka, terang bohlam mendatangkan cuan berlipat ganda bagi pemilik kebun.
Buah naga menjadi salah satu yang paling diminati masyarakat Indonesia. Tidak hanya karena memiliki tekstur lembut dan rasa manis, tapi juga kandungan nutrisi buah naga yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Sebagai negara tropis, Indonesia menjadi salah satu negara penghasil buah naga. Ada banyak wilayah berpotensi untuk dijadikan sebagai lokasi untuk berkebun buah naga. Salah satunya Kabupaten Sinjai, Sulsel.
Di Sinjai, buah naga tumbuh subur pada September hingga April, sehingga menjadi peluang meraup rupiah bagi masyarakat.
Lukman, salah seorang pemilik kebun buah naga, mengaku fokus mengelola kebun seluas 1 hektare ini untuk menghidupi keluarga. Pria berusia 53 tahun itu, mengaku dalam musim panen yang berlangsung pada Oktober sampai April, biasanya memanen hingga 5 ton buah naga setiap bulan.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Padahal, harga buah naga mencapai Rp 10 ribuan per kilogram. Hasil panen buah naga dari kebunnya, lanjut Lukman, tidak hanya dikirim ke Makassar, tetapi juga ada yang diekspor hingga Malaysia.
"Musim panen raya itu mulai Oktober sampai April. Saat panen setiap bulan bisa dapat 5 ton. Saya antar sendiri ke Makassar," ujarnya.
Hanya saja, cerita manis tersebut terjadi pada periode tertentu, sementara setelah musim panen usai kebun buah naga milik Lukman tidak produktif. Digambarkan, total Lukman hanya dapat menghasilkan panen buah naga sebanyak 200 kikogram, di luar musim puncak dengan pendapatan maksimal Rp4 jutaan.