Melihat situasi ini, PLN Unit Induk Wilayah Sulsel, Tenggara dan Barat (UIW Sulselrabar) menginisiasi program bertajuk "Cahaya untuk Sang Naga", yang merupakan wujud komitmen untuk terus mendorong Electrifying Agriculture.
Melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), PLN memberikan bantuan dalam bentuk 500 bohlam kepada petani guna meningkatkan produktivitas buah naga di Desa Sukamaju, Kecamatan Tellulimpoe, Kabupaten Sinjai.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Cahaya lampu yang dipasang membantu buah naga berbunga dan berbuah di luar musimnya.
Program ini pun langsung dinikmati oleh Lukman. Saat ini, Lukman menerangi kebun buah naga miliknya sekitar 8 hingga 9 jam per hari selama 20 hari setiap bulan. Adapun, selama periode tersebut, Lukman biasanya membayar biaya listrik senilai Rp12 juta.
Jika dikalkulasi, maka biaya operasional untuk menerangi kebun buah naga tidak seberapa. Mengingat, dengan bantuan ratusan bohlam yang diberikan PLN, Lukman bisa panen buah naga hingga empat kali di luar musim.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
“Per kilo harga buah naga lebih mahal di luar musim karena produksi kurang. Hanya saya saja yang bisa panen karena pakai bohlam. Harganya bisa sampai Rp20 ribu ke atas. Sedangkan kalau saat musim hanya Rp10 ribuan saja,” jelasnya.
Berkat terang bohlam dari PLN, Lukman bisa panen di luar musim. Satu kali panen, kebun buah naga milik Lukman dapat menghasilkan 500 kilogram hingga 700 kilogram dengan pendapatan sekitar Rp10 juta hingga Rp14 juta.
Dengan begitu, Lukman mampu memperoleh total cuan Rp40 juta hingga Rp56 juta di luar musim karena mampu melakukan panen hingga empat kali berkat bohlam.