WahanaNews.co | PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN bersinergi dengan Japan International Cooperation Agency (JICA), Kyudenko Corporation dan China Renewable Energy Engineering Institute (CREEI) untuk pengembangan teknologi pembagkit rendah karbon di Indonesia.
Kerja sama itu tertuang lewat penandatanganan beberapa nota kesepahaman (MoU) antara PLN dengan mitra terkait pada 22 September 2022 lalu di Bali.
Baca Juga:
Begini Sejarah Permainan Sepak Bola dan Perkembangannya
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan PLN membuka kolaborasi seluas-luasnya guna menghadapi krisis energi dan perubahan iklim. Darmawan menerangkan aliansi strategis mutlak diperlukan guna membangun kapasitas energi nasional demi mengembangkan teknologi pembangkit yang ramah lingkungan.
“Menuju net zero emission 2060, diperlukan teknologi yang dapat menggantikan pembangkit fosil untuk memikul beban dasar maupun menunjang stabilitas sistem, termasuk suplai listrik untuk daerah remote atau kepulauan. Kajian mendalam akan dilakukan PLN pada manajemen sistem energi di remote area,” kata Darmawan lewat siaran pers dikutip Selasa (27/9/2022).
Darmawan optimistis kerja sama dengan ketiga mitra strategis itu akan membantu pengembangan energi bersih di wilayah terisolir di Indonesia. Dengan demikian, dia berharap, pengembangan teknologi rendah karbon itu dapat menjamin pasokan listrik ke sejumlah daerah mendatang.
Baca Juga:
Populasi Jepang Turun 595.000 Jiwa dalam 13 Tahun Berturut-turut
“Diharapkan hasil kajiannya dapat memberikan gambaran dan model rencana peningkatan bauran EBT di daerah yang terisolir hingga 100 persen,” ujarnya. Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Harris Yahya menambahkan pemerintah telah berkomitmen melakukan transisi energi secara bertahap sampai tahun 2060.
Artinya, dalam beberapa tahun ke depan pembangkit listrik berbasis fosil tidak akan ada lagi, untuk itu perlu segera dipikirkan penggantinya.
“Saat ini kapasitas EBT kita sekitar 8,5 GW, itu belum memaksimalkan potensi yang kita punya. Sehingga perlu kita breakdown lagi untuk pengembangan tenaga surya, geothermal, air, angin, hingga laut,” ujarnya.