Pada tahun 2020, sebagai respon terhadap kondisi pandemi yang mana PLN dihadapi dengan uncertainties, PLN memulai program transformasi dengan pengembangan yang selalu dilakukan hingga saat ini telah memiliki 29 breakthrough, di mana 21 breakthrough terkait dengan digitalisasi.
Digitalisasi program transformasi PLN mulai dari hulu sampai ke hilir, mulai dari pengelolaan energi primer yang terintegrasi dengan sistem digital dari Ditjen Minerba, pembangkitan, EAM transmisi dan distribusi, sampai pelayanan pelanggan.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
"Hingga akhir 2021, tercatat Aset PLN sebesar Rp 1.610 triliun, dengan besaran belanja operasional (OPEX) Rp 323 triliun dan belanja modal (CAPEX) sebesar Rp 60 triliun. Oleh karena itu, kami harus bisa mengelola aset tersebut dengan memperhatikan keseimbangan antara risk and return melalui penerapan GRC," ujar Sinthya.
Menurut Sinthya, keberhasilan integrasi GRC dalam program CWR tidak terlepas dari dukungan tim yang dinamis, kolaboratif dan kinerja unggul.
Dibutuhkan mindset terkait financial sustainability serta pengambilan keputusan yang cepat, tepat dan aman untuk dapat memastikan penerapan GRC berjalan secara optimal.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Keynote Speaker GRC Summit 2022, Former Principal, Global Leader GRC of Delloite Consulting & President of Business Solution, Inc., Lee Dittmar menyebutkan, terdapat three persistent theme yang harus diperhatikan ketika pertama kali berbicara GRC.
Tema pertama adalah Integrated GRC, yang berarti kapabilitas GRC terintegrasi ke korporasi dan menjadi bagian dari strategi dan visi perusahaan, tema kedua adalah yang sangat penting, yaitu Leverage Technology, proses GRC akan sulit dilakukan tanpa teknologi khususnya di perusahaan besar, dan terakhir adalah pursue value.
"GRC tidak akan menambah biaya sama sekali bila dilakukan dengan benar," tegas Lee.