WahanaNews.co | PT PLN (Persero) menyempurnakan sistem digital rantai pasok material kelistrikan terpadu demi meningkatkan kecepatan dan ketepatan layanan kepada pelanggan. Untuk memastikan sistem digitalisasi ini berjalan optimal, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyambangi Gudang Unit Layanan Pelanggan (ULP) Cikarang Kota dan Gudang Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Bekasi, pada Kamis, 7 April 2022.
"Kedatangan kami bukan ingin sidak, sebenarnya ingin kangen-kangenan dengan tim di unit sekaligus bagaimana upaya kita bisa meningkatkan pelayanan dan memperbaiki proses bisnisnya," kata Darmawan.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Dari pengelihatannya, memang membutuhkan perbaikan untuk tata kelola rantai pasok material kelistrikan ini. "Dari tata kelolanya, kita harus membangun sistem informasi manajemen," ujar Darmawan.
Darmawan menjelaskan, digitalisasi rantai pasok material kelistrikan sangat penting bagi PLN. Sebab jumlah material yang dikelola di gudang-gudang PLN sangat banyak dan bervariasi sehingga mustahil bisa dilakukan pengelolaan dengan baik jika dilakukan secara manual.
Menurutnya, PLN memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan pelayanan prima kepada lebih dari 82 juta pelanggan.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
"Diperlukan sistem informasi rantai pasok material kelistrikan yang terpadu agar setiap permintaan pelanggan, mulai dari keluhan, penyambungan baru, hingga tambah daya dapat dilayani dengan cepat," kata dia.
Dalam kunjungan tersebut, Darmawan menemukan bahwa ketersediaan material sudah memadai dan sistem digital yang telah diterapkan masih perlu perbaikan di berbagai aspek. Pergerakan material mulai dari diterima oleh Unit Induk dari Pabrikan, didistribusikan ke UP3, ULP, hingga ke petugas di lapangan telah menggunakan Aplikasi Gudang Online dan SAP.
Namun, Darmawan menilai perlu ada perbaikan dari sisi material Fast Moving, karena ditemukan adanya disparitas antara jumlah stok yang ada pada aplikasi dengan jumlah stok real di dalam gudang. Hal ini berdampak pada tidak akuratnya perencanaan pengadaan material.
Sebagai contoh, stok kWh meter untuk penyambungan baru pelanggan atau Miniatur Circuit Breaker (MCB) yang dibutuhkan untuk penambahan daya. Laju ketersediaan material ini sangat cepat membuat terkadang unit layanan kehabisan stok material tersebut, hal ini menyebabkan proses pelayanan kepada pelanggan menjadi tertunda.
"Ujung-ujungnya ini berdampak pada tidak optimalnya pelayanan kepada masyarakat," ujarnya.
Selain itu, Darmawan juga menemukan bahwa material atau aset yang sudah terpasang, tapi karena satu dan lain hal harus dikembalikan (material retur), juga belum terkelola melalui sistem digital dan masih dikelola secara manual.
"Apakah aset tersebut masih bisa digunakan di tempat lain (relokasi), atau sudah rusak tetapi masih bisa diperbaiki, atau bisa juga sudah tidak bisa digunakan lagi. Ini juga perlu dikelola dengan baik melalui sistem digital," kata Darmawan.
Bergerak cepat, Darmawan langsung membentuk Tim Task Force Digitalisasi Pengelolaan Inventori untuk bisa segera menyelesaikan persoalan. Ia mengatakan perlu ada review dan laporan day to day agar pengawasan bisa lebih optimal.
Darmawan berharap, seluruh proses bisnis pengelolaan inventori di gudang PLN menjadi lebih simpel, rapi, proaktif dalam memastikan ketersediaan material dan akuntabel. Seluruh prosesnya juga dapat dimonitor mulai dari jajaran Direksi hingga petugas di lapangan.
Dengan adanya perbaikan ini, Darmawan yakin pelayanan kepada masyarakat dapat berjalan lebih baik. "Kedepan tidak ada lagi cerita di mana pelanggan tidak terlayani dengan cepat karena permasalahan dalam pengelolaan material," ujar Darmawan. [qnt]