“Saya kira masih berjalan, kita lagi kejar terus,” kata Luhut di Gedung Bursa Efek Indonesia. “Kita harap bisa segera diputuskan presiden,” tambahnya.
Bahkan ia sempat menargetkan operasional family office aktif dalam tahun berjalan dengan harapan investasi global dapat masuk tanpa hambatan.
Baca Juga:
Arahkan Respons Cepat, Mentan Amran Sulaiman Kirim Puluhan Juta Kilogram Bantuan ke Sumatera
“Ya kita harap tahun ini harus bisa,” tegas Luhut.
Gagasan family office tersebut pertama kali muncul pada Mei 2024 dengan meniru model dari Singapura, Hong Kong, dan Abu Dhabi yang telah memiliki ribuan kantor kekayaan keluarga untuk mengelola aset triliunan dolar secara terpusat dan efisien.
Luhut mengatakan Singapura telah memiliki 1.500 family office dan menjadikannya salah satu pusat pengelolaan kekayaan keluarga global yang bisa menarik dana besar masuk ke ekonominya.
Baca Juga:
Banjir dan Longsor Tapteng–Sibolga, PLN Kerahkan Sistem Pemulihan Berbasis Safety First
Dalam rancangan Indonesia saat itu, pemerintah menargetkan potensi dana masuk dari family office dapat mencapai 500 miliar dolar AS atau sekitar Rp8.151,95 triliun, setara dengan 5 persen dari total kekayaan family office di dunia yang ditaksir mencapai 11,7 triliun dolar AS.
Family office ini direncanakan menjadi tempat manajemen investasi, perencanaan pajak, hingga pengelolaan dana strategis, dengan fasilitas tertentu bagi investor asing.
Menurut Luhut, melalui skema tersebut investor asing dapat menempatkan dananya tanpa pajak, dan baru akan dikenakan pajak apabila investasi itu menciptakan lapangan kerja di dalam negeri.