WahanaNews.co, Brasilia - Anggota G20 kembali mempertegas komitmen untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan secara holistik dalam dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kelompok kerja
perdagangan dan investasi G20 2024, di bawah Presidensi Brasil, juga mendiskusikan empat agenda
prioritas perdagangan.
Hal tersebut mengemuka dalam pertemuan kedua G20 Trade and Investment Working Group (TIWG)
2024 di bawah Presidensi Brasil. Pertemuan ini berlangsung pada 24–25 April 2024 di Brasilia, Brasil.
Baca Juga:
Buka JMFW 2025, Mendag: Modest Fashion Salah Satu Lokomotif Pertumbuhan Ekonomi Nasional
“Pertemuan kedua TIWG 2024 menitikberatkan peran perdagangan sebagai mesin pertumbuhan. Peranan ini terwujud dalam sistem perdagangan multilateral yang berkontribusi terhadap pencapaian
pembangunan berkelanjutan dalam ketiga dimensinya, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Hal ini selaras dengan Deklarasi Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-13 Organisasi Perdagangan Dunia
(World Trade Organization/WTO) di Abu Dhabi pada Maret 2024,” kata Direktur Perundingan Antar Kawasan dan Organisasi Internasional Kementerian Perdagangan RI Reza Pahlevi Chairul.
Dalam pertemuan tersebut, Reza memimpin Delegasi Indonesia mewakili Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag RI.
Pertemuan ke-2 G20 TIWG Presidensi Brasil ini mendiskusikan empat agenda prioritas.
Baca Juga:
Mendag Saksikan Penandatanganan Komitmen Dagang Bersejarah Sebesar USD 15,32 Miliar
Pertama, perdagangan dan pembangunan berkelanjutan. Kedua, peningkatan peran perempuan dalam perdagangan internasional. Ketiga, dorongan bagi integrasi perjanjian investasi internasional dengan
pembangunan berkelanjutan. Keempat, reformasi WTO dan penguatan sistem perdagangan
multilateral.
“Hambatan perdagangan bukan merupakan instrumen untuk mengatasi perubahan iklim dan
kerusakan lingkungan. Negara G20 perlu memastikan bahwa kebijakan terkait lingkungan dan perubahan iklim tidak menjadi hambatan terselubung dalam perdagangan. Indonesia juga percaya, untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, dibutuhkan perdamaian dan stabilitas,” kata Reza.
Lebih lanjut, dalam hal peningkatan peran perempuan dalam perdagangan internasional, Brasil memandang integrasi perempuan dalam perdagangan global sebagai katalis bagi pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
G20 TIWG bersama dunia usaha negara-negara G20 (B20) Presidensi Brasil telah mengidentifikasi sejumlah tantangan bagi perempuan untuk lebih terintegrasi dalam perdagangan
internasional. Tantangan ini, antara lain, kesenjangan pendapatan bagi perempuan, akses finansial yang
terbatas, kurangnya jaringan bisnis, serta kecenderungan usaha yang dimiliki perempuan yang terkonsentrasi pada sektor dengan hambatan perdagangan tinggi.
Dalam mengatasi tantangan bagi perempuan, Indonesia mendorong peningkatan akses terhadap finansial dan digital sebagai salah satu sarana bagi perempuan dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk lebih terintegrasi dalam perdagangan global.
“Indonesia mendorong negara anggota G20 dapat berkontribusi secara efektif dalam mendorong peningkatan kapasitas dan berbagi
pengalaman untuk peningkatan daya saing perempuan dan UMKM,” ujar Reza.
Reza menambahkan, peningkatan akses finansial dan teknologi digital merupakan salah satu solusi bagi
integrasi perempuan dalam perdagangan global. Melalui peningkatan kedua aspek tersebut, seluruh negara dapat memaksimalkan potensi ekonomi dari perempuan dan UMKM.
Selain itu, pembahasan integrasi pembangunan berkelanjutan dalam perjanjian investasi internasional
menekankan pentingnya peran investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Hal ini penting terutama bagi negara berkembang.
“Terkait hal ini, Indonesia menekankan pentingnya fasilitasi investasi untuk mendorong perjanjian investasi internasional yang berorientasi pada pencapaian pembangunan berkelanjutan. Fasilitasi ini perlu dilakukan agar tetap menarik para investor. Indonesia juga menekankan pentingnya keterkaitan antara perjanjian investasi internasional dan ketiga dimensi pembangunan berkelanjutan,” tandas Reza.
[Redaktur: Tumpal Alpredo Gultom]