Djatmiko menambahkan, pertemuan ICC juga akan disandingkan dengan pameran yang mengusung tema “Sustainable Coconut for Circular Economy”. Pameran ini merupakan upaya Kementerian Perdagangan dalam memperkuat diversifikasi dan promosi produk olahan kelapa dalam negeri sebagai langkah nyata inisiatif ekonomi sirkular.
“Potensi besar yang dimiliki tanaman kelapa atau dikenal dengan sebutan pohon kehidupan ini mengedepankan prinsip ekonomi sirkular. Untuk itu, kami ingin menyoroti pentingnya peran kelapa dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan,” tambah Djatmiko.
Baca Juga:
Mendag Budi Sosialisasikan Permendag Perdagangan Antarpulau Terbaru
Selain pameran, pertemuan ICC akan dirangkai dengan kunjungan lapangan, yaitu ke PT Sari Segar Husada dan PT Agri Lestari Nusantara pada Kamis (7/12). Dua perusahaan ternama tersebut merupakan perusahaan asal Lampung yang menerapkan praktik terbaik dan inovasi di industri kelapa.
ICC merupakan organisasi kerja sama antarnegara penghasil kelapa yang diluncurkan oleh United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) pada 1969.
Organisasi ini dibentuk untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang produksi, pengolahan, penelitian, dan pemasaran kelapa dan produk kelapa. Kerja sama tersebut di antaranya melalui fasilitasi pertukaran
informasi, teknologi, statistik, program, dan proyek guna meningkatkan kesejahteraan petani dan pemangku kepentingan kelapa, serta pencapaian tujuan pengembangan kelapa yang berkelanjutan.
Baca Juga:
Tinjau Pasar Prawirotaman, Mendag: Jelang Nataru, Harga Bapok Stabil dan Pasokan Terjaga
Saat ini, anggota ICC berjumlah 20 negara dan mewakili 86 persen produksi kelapa dunia. Selain
Indonesia, anggota ICC lainnya yaitu Fiji, Filipina, Negara Federasi Mikronesia, Guyana, India, Jamaika, Kepulauan Marshall, Kepulauan Solomon, Kenya, Kiribati, Malaysia, Papua Nugini, Samoa, Sri Lanka, Thailand, Timor Leste, Tonga, Vanuatu, dan Vietnam.
[Redaktur: Tumpal Alpredo Gultom]