Adapun untuk Desa Devisa Daun Kelor dilakukan melalui program pendampingan yang mencakup peningkatan kapasitas produksi dan pemasaran. Salah satu desa yang mengikuti program ini terletak di Kecamatan Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Madura.
Desa Devisa Daun Kelor itu kini telah menerima pendampingan khusus dari LPEI seperti pendampingan sertifikasi organik, yang memungkinkan produk daun kelor mereka untuk menembus pasar Amerika, Eropa, dan Australia, hingga peningkatan kapasitas produksi.
Baca Juga:
Bukan Cuma Nikel, Aluminium Juga Dibutuhkan Untuk Baterai Listrik
Berdasarkan catatan LPEI, desa ini pun mampu meningkatkan produksi dalam bentuk bubuk daun kelor dari 500 kg per hari menjadi 1,5 ton per hari, serta mengalami efisiensi biaya produksi sebesar Rp14.400/kg. Kapasitas produksi kelor desa tersebut mencapai 12 ton/bulan dalam bentuk bubuk dan 20 ton/bulan untuk daun kering. Sekitar 90% dari produk daun kelor tersebut diekspor langsung ke luar negeri, terutama ke Malaysia.
Produk kelor dari Sumenep ini diminati pasar internasional, karena tidak hanya digunakan untuk makanan dan obat-obatan, tetapi juga kosmetik dan pakan ternak. Daun kelor yang dihasilkan LPEI anggap memiliki kualitas tinggi, sehingga menambah daya jual di pasar global.
LPEI juga memberikan alat pengering dan mesin tepung untuk membantu meningkatkan produksi di Desa Devisa Daun Kelor. Alat ini diberikan dengan kolaborasi antara LPEI dan lembaga pendamping PT. AGRO DIPA SUMEKAR.
Baca Juga:
Manfaat Jus Daun Kelor untuk Kesehatan
Lebih dari 1.700 petani di 9 desa lokal terlibat dalam produksi daun kelor. Tanaman kelor di desa itu dapat dipanen dalam waktu hanya tiga bulan untuk diambil daunnya, dengan setiap pohon dapat menghasilkan 1 kg - 2 kg daun kelor basah.
LPEI pun menganggap, ekspor produk sayuran bubuk, termasuk produk berbasis kelor, memiliki prospek yang sangat cerah ke depannya. Sebab, selama periode Januari-September 2024, nilai ekspor sayuran bubuk mengalami peningkatan 90,74% menjadi US$ 13,75 juta (dari US$ 7,21 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya).
Volume ekspornya pun tercatat meningkat 169,41% dari 1.610 ton menjadi 4.350 ton. Sebagian besar produk yang diekspor adalah campuran sayuran yang mencakup sayuran bubuk kelor.