Betul. Bagi Kadin, pergeseran jadwal Munas
hingga dua kali itu memang adalah ketidakbiasaan.
Akan tetapi, dalam situasi yang luar biasa
seperti saat ini, ketidakbiasaan itu menjadi sesuatu yang bersifat "mutlak",
yang --suka tidak suka-- terpaksa harus dilakukan.
Baca Juga:
Kawal Kemenangan Arsjad Rasjid, Pemuda Pancasila Terjunkan Pengurus ke Kendari
Jangankan event berskala nasional,
bahkan Piala Eropa, Olimpiade, Piala Dunia U-20, ibadah haji, dan lain-lain pun
serentak melakukan penjadwalan ulang.
Pergeseran itu bukan cuma pada jadwal, tapi
juga soal fokus (refocussing) dan pengalokasian (reallocation).
Yang kena bukan cuma Kadin, tapi juga
pemerintahan Indonesia, PBB, FIFA, IOC, NATO, dan sebagainya.
Baca Juga:
Jadi Ketum, Arsjad Rasjid: Kadin Fokus Pemulihan Kesehatan dan Ekonomi
Ya, percaya tidak percaya, pandemi Covid-19
memang telah meniscayakan segala bentuk ketidakbiasaan itu.
Dalam konteks Kadin, kita sepakat untuk tidak
melakukan manuver-manuver politis terhadap organisasi yang diisi deretan
pengusaha papan atas --bahkan manusia-manusia terkaya-- di Indonesia tersebut.
Namun, mengumbar isu adanya "campur tangan
negatif" pemerintah dalam penjadwal-ulangan Munas Kadin kali ini pun tentunya termasuk
perilaku yang sangat politis.