WahanaNews.co | Akibat gempuran pandemi Covid-19 selama 3 tahun, masyarakat kini terbiasa melakukan segala aktivitasnya di rumah, termasuk bekerja alias work from home (WFH).
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menceritakan pengalamannya, dalam acara acara CEO Banking Forum, Senin (9/1/2023), melansir CNBCIndonesia.
Baca Juga:
Kinerja Pendapatan Negara Tahun 2024 Masih Terkendali, Menkeu: Ada Kenaikan Dibanding Tahun 2023
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bercerita saat melakukan kunjungannya ke kantor Bloomberg di Amerika Serikat tahun lalu. Disaat aktivitas masyarakat mulai dilonggarkan, namun generasi muda tetap enggan untuk bekerja di kantor.
"Waktu saya di Amerika, ketemu sama Bloomberg, saya tidak mengerti kenapa anak-anak muda sekarang itu tidak suka pergi ke kantor," kata Sri Mulyani bercerita.
Pandemi Covid-19 yang membuat masyarakat mengharuskan melakukan aktivitasnya di rumah, dan sekarang mereka menjadi nyaman untuk terus bekerja dari rumah. "Mereka lebih suka di rumah ibunya," kata Sri Mulyani lagi.
Baca Juga:
Hadiri Rakornas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Tahun 2024, Menkeu: Awal Sinergi yang Baik
Tiga tahun sesudah berdiam di rumah, masyarakat kemudian mulai merasa percaya diri karena adanya vaksinasi booster dan ekonomi serta sosialisasi masyarakat kembali berjalan.
Kendati demikian, pemulihan ekonomi tidak semulus itu, dunia pun masih dibayangi dengan inflasi yang tinggi, terutama di negara maju yang lebih dulu melakukan pelonggaran atas kebijakan ketika pandemi Covid-19.
Masyarakat yang tadinya terbiasa di rumah dan diharuskan untuk bekerja di luar rumah, mereka meminta adanya kenaikan upah.
"Jadi, kalau kamu ingin saya keluar dari hibernated, saya harus dibayar lebih tinggi. Itu yang memicu inflasi dari sisi wage. Upah harus dinaikkan untuk menarik orang keluar dari kandangnya," jelas Sri Mulyani.
"Dan itu memicu jumlah barang, jumlah permintaan, jumlah services, dan gaji-gaji yang meningkat itu," kata Sri Mulyani lagi.
Seluruh pengambil kebijakan, terutama bank sentral kini mengharuskan mereka melakukan adjustment untuk menekan inflasi dengan cara menaikkan suku bunga kebijakan.
Sri Mulyani mencontohkan, kebijakan yang diambil oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed, yang sepanjang 2022 telah menaikkan suku bunga kebijakan lebih dari 425 basis poin untuk menurunkan inflasi.
Hingga November 2022, inflasi di negeri Paman Sam telah mencapai 7,1% secara tahunan (year on year/yoy). Angka tersebut secara historis merupakan level tertinggi.
"Makanya tahun 2022 lebih dari 425 basis poin, kenaikan suku bunga AS hanya dalam waktu setahun. The fastest, the highest in the history of America," jelas Sri Mulyani. [rna]