WahanaNews.co, Serawak - Indonesia mengangkat konsep “chrono-politic” dan “chrono-economy” dalam pertemuan Strategic Planning Meeting (SPM) Kerja Sama Ekonomi Sub Regional Brunei-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) untuk mengilustrasikan pentingnya peran waktu dalam pengambilan keputusan politik dan keputusan ekonomi. Pertemuan tersebut berlangsung di Kota Kuching Negara Bagian Serawak, pada hari Kamis (14/3).
“Kedua konsep tersebut menjelaskan bagaimana waktu mempengaruhi perilaku konsumen, keputusan investasi dan siklus ekonomi. Jika BIMP-EAGA tidak cukup gesit untuk mengadopsi dinamika ini, maka akan tertinggal dalam kompetisi,” jelas Deputi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi saat memimpin delegasi Indonesia pada pertemuan tersebut.
Baca Juga:
Wamenkeu Suahasil: Sektor Perumahan Punya Multiplier Effect Tinggi untuk Perekonomian
Hal tersebut disampaikan berkaitan dengan kondisi dunia saat ini yang mana dunia masih dihadapkan pada kondisi geopolitik dan geo ekonomi yang penuh tantangan, hingga krisis kemanusiaan di Gaza.
Dalam pertemuan tersebut Indonesia menggrisbawahi pentingnya momentum pertemuan SPM kali ini bagi masa depan BIMP-EAGA. Disatu sisi, saat ini sedang berlangsung penyusunan ASEAN Post Vision 2025.
Indonesia memandang perlu segeranya dilakukan persiapan penyusunan dokumen visi pasca 2025 dengan menyesuaikan berbagai perkembangan global yang terjadi saat ini.
Baca Juga:
Indonesia Dorong Percepatan Aksesi OECD dan Integrasi Ekonomi ASEAN untuk Pertumbuhan Inklusif dan Berkelanjutan
“Stabilitas dan kemakmuran harus diupayakan, agar integrasi ekonomi lebih baik kedepan menuju sub-kawasan yang tangguh, inklusif dan berkelanjutan,” kata Deputi Edi.
Dalam pertemuan tersebut beberapa isu strategis dilaporkan oleh klaster untuk mendorong integrasi ekonomi di sub-kawasan diantaranya pembentukan kelompok kerja yang fokus pada isu strategis yakni Working Group (WG) on Economic Zones dan WG on Interconnection.
Selain itu, beberapa potensi rute konektivitas juga dijajaki diantaranya rute Bandar Seri Begawan – Balikpapan dan Kuching – Balikpapan. Dari sektor pariwisata, dalam keketuaan Indonesia telah disusun inisiatif Tourism Sister Village.