Gilang, pemilik Java Kulit Indonesia tidak putus asa, melainkan semakin aktif memperhatikan karakteristik pengunjung yang berbeda dari konsumen pada umumnya di Balikpapan.
“Hari pertama saya memberikan diskon untuk produk tertentu, besoknya saya coba jual produk tanpa diskon, tujuannya untuk mengetes minat pasar," ungkapnya.
Baca Juga:
Wamenkeu Anggito Dorong Penguatan UMKM di Yogyakarta
Namun strategi tersebut gagal, karena tidak ada pengunjung yang melirik produknya apa lagi belanja, alhasil omset di hari kedua pameran anjlok dari hari sebelumnya, yaitu dari Rp7 juta menjadi Rp750 ribu saja.
Menurut Gilang, adanya perbedaan selera fashion antara konsumen Balikpapan dan Jakarta menjadi salah satu kendala yang ia hadapi.
Oleh karena itu, produk yang kurang diminati dan old school ia jual dengan harga modal agar produksi produk tetap bisa berputar.
Baca Juga:
Sayuran Daun Kelor RI Diburu Asing, LPEI Ambil Peran
Kemudian, Gilang mulai menjajal konsep “penasaran”, dimana pengunjung diberikan informasi bahwa Balikpapan memiliki produk kulit asli yang berkualitas, serta produknya merupakan salah satu unggulan di kota yang berdekatan dengan Ibu Kota Nusantara (IKN) itu.
Strategi tersebut berhasil mengundang banyak pengunjung untuk datang dan berbelanja sehingga omset pun meningkat berkali lipat, hingga ratusan juta rupiah.
Bahkan Gilang mendapatkan penawaran dari buyer asal Singapore.