WahanaNews.co | Sekitar
750 burung pelikan kedapatan mati di kawasan Warisan Dunia UNESCO di Senegal Utara,
pekan lalu. Hasil identifikasi memastikan bahwa pelikan-pelikan itu terjangkiti
flu burung H5N1.
Baca Juga:
Inggris Diprediksi Bakal Hadapi Wabah Flu Burung dalam Skala Besar
Pada 23 Januari lalu, penjaga hutan menemukan ratusan
bangkai pelikan itu di suaka burung Djoudj.
Lokasi lahan basah itu terletak terpencil dekat perbatasan dengan
Mauritania dan merupakan tempat peristirahatan burung yang melintasi Gurun
Sahara ke Afrika Barat setiap tahun.
Menurut Direktur Taman Nasional, Bocar Thiam, kepada
Reuters, bangkai burung-burung itu kemudian dibakar dan taman nasional ditutup.
Baca Juga:
Cegah Pandemi Baru, Ketua MPR Dorong Kemenkes Beri Vaksin Flu Burung
AFP melaporkan sebelum dibakar, Kementerian Lingkungan
Senegal sempat memerintahkan "otopsi di tempat" dan diambil sampel
untuk dianalisis,
Suaka burung tersebut telah terdaftar sebagai situs warisan
dunia oleh UNESCO sejak 1981, dan merupakan daya tarik utama pariwisata
lingkungan Senegal.
Djoudj yang terdiri dari campuran lahan basah, sabana,
kanal, rawa-rawa, dan danau di kawasan delta sungai itu menampung lebih dari
tiga juta burung dari hampir 400 spesies.
Sebelumnya pihak pengelola mengesampingkan flu burung
sebagai penyebab potensial kematian pelikan yang tak biasa tersebut.
"Flu burung hanya menyerang burung pemakan biji-bijian.
Tetapi burung pelikan memakan ikan. Kami tidak dapat mengatakan penyakit apa
yang ada di sini," kata Thiam kepada AFP kala itu.
Reuters mencatat, Senegal pada bulan ini juga melaporkan
wabah H5N1 terjadi di sebuah peternakan unggas di wilayah Thies yang
mengakibatkan pemusnahan sekitar 100 ribu ayam.
Akan tetapi, masih belum diketahui apakah kedua wabah
tersebut terkait. [dhn]