WahanaNews.co, Jakarta - Sekitar 90 persen air yang bisa dikonsumsi di Jalur Gaza hilang akibat gempuran Israel sejak 7 Oktober lalu.
Juru bicara Hamas, Basem Naim, mengungkapkan kini situasi Gaza sangat mengkhawatirkan.
Baca Juga:
PAM Jaya Bangun Sentra Pelayanan sebagai Upaya Capai 100 Persen Layanan Air Bersih di Jakarta
"Kami memperingatkan terkait situasi bencana yang sedang berlangsung di Gaza," kata Naim saat konferensi pers di Beirut, Lebanon, dikutip Middle East Monitor (MEMO), Kamis (9/11/23).
Naim mengatakan 90 persen sumber air minum telah hilang, lantaran akses air bersih membutuhkan ketersediaan listrik yang konsisten.
Sejak melakukan blokade, Israel juga mencabut aliran listrik di Gaza, termasuk aliran air dari pipa Israel ke Jalur Gaza.
Baca Juga:
PAM Jaya Berhasil Perbaiki Kebocoran Pipa Air Baku Milik BUMN di Jakarta Selatan
Warga lantas mengongumsi air yang sudah terkontaminasi atau terkadang memakai air laut.
Naim mengatakan kondisi semacam itu bisa memicu penyebaran penyakit dan epidemi di kalangan masyarakat Gaza.
Ia lantas menyebut Badan PBB untuk bantuan dan pengungsi Palestina (UNRWA) serta pemerintah bertanggung jawab atas "bencana kemanusiaan" di Gaza.
Menurut Naim, mereka mengabaikan tanggung jawab terhadap penduduk dan pengungsi di Palestina.
Pasukan Israel melancarkan agresi ke wilayah itu pada 7 Oktober. Mereka juga mendeklarasikan perang ke Hamas.
Tak lama setelah itu, Israel memblokade total Jalur Gaza sehingga bantuan kemanusiaan sulit masuk ke wilayah itu.
Israel juga terus menyerang fasilitas publik seperti rumah sakit, sekolah, kamp pengungsian, hingga tempat ibadah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terdapat 108 serangan Israel ke fasilitas medis di Gaza.
Beberapa rumah sakit yang tersisa di Gaza juga mengalami krisis bahan bakar. Sejak memblokade, Israel melarang bahan bakar minyak (BBM) karena takut jatuh ke tangan Hamas dan disalahgunakan mereka.
Sementara itu, rumah sakit memerlukan bahan bakar untuk menghidupkan generator agar fasilitas medis tersebut bisa terus beroperasi di tengah pembludakan pasien imbas serangan Israel.
Hingga kini korban tewas akibat serangan Israel di Palestina mencapai 10.500 jiwa. Dari jumlah ini, sekitar 60 persen di antaranya anak-anak dan perempuan.
[Redaktur: Sandy]