WahanaNews.co | Junta Myanmar melakukan serangan udara di salah satu konser di wilayah etnis Kachin, Maynmar bagian utara, pada Senin (24/10) malam.
Mengapa wilayah etnis Kachin jadi sasaran pembantaian oleh junta militer Myanmar?
Baca Juga:
Lokasi Sempat Terdeteksi, 11 Warga Sukabumi Disekap di Wilayah Konflik Myanmar
Kachin di Myanmar termasuk kelompok etnis yang secara gamblang angkat senjata atas kebengisan junta militer Myanmar.
Wilayah Kachin merupakan markas kelompok etnis pemberontak, Brigade Kesembilan Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA).
Kantor informasi junta militer Myanmar mengonfirmasi serangan terhadap markas milisi itu.
Baca Juga:
Imbas Serangan Udara Junta Militer, 11 Warga Myanmar Tewas
"[Serangan itu merupakan] operasi yang dibutuhkan [sebagai respons tindakan] teroris," demikian menurut junta militer, seperti dikutip Associated Press.
Serangan itu terjadi saat kelompok pemberontak Organisasi Kemerdekaan Kachin (OKI) tengah merayakan hari jadi mereka dengan konser.
Selain itu, perayaan tersebut digelar untuk merayakan kampanye organisasi guna menyerukan otonomi di daerah itu, demikian laporan Associated Press.
OKI didirikan pada 25 Oktober 1965. Organisasi ini memiliki sayap militer yang disebut KIA.
KIA selama ini berjuang memerangi pemerintah dan militer Myanmar demi otonomi negara yang lebih besar.
Usai militer melakukan kudeta tahun lalu, KIA meluncurkan operasi militer bersama pasukan anti-rezim di Kachin.
Seorang juru bicara Asosiasi Seniman Kachin mengatakan pesawat militer menjatuhkan empat bom saat konser berlangsung sekitar pukul 20.00 waktu setempat.
Orang-orang yang menghadiri konser itu segera berlari untuk menyelamatkan diri. Namun, beberapa orang tewas imbas bom junta.
AP melaporkan sekitar 80 orang tewas, sementara BBC menyebut 50 orang tewas dan ratusan lain mengalami luka-luka.
Namun, junta membantah membombardir konser. Mereka juga menepis informasi yang menyebut penyanyi dan warga sipil tewas.
Juru bicara KIO Kolonel Naw Bu mengatakan junta tahu betul perayaan itu yang digelar di Kachin. Serangan tersebut, katanya, sengaja dirancang untuk menargetkan kerumunan sipil.
"Mereka menembaki warga sipil, bukan musuh. Ini adalah tindakan jahat, dan ini adalah kejahatan perang. Kami berduka atas kematian orang-orang kami, kata Naw Bu, seperti dikutip The Irrawaddy pada Senin.
Beberapa saksi mata mengatakan gedung dan bangunan lain di sekitar lokasi kejadian turut hancur.
Insiden itu merupakan serangan yang paling mematikan sejak kudeta 2021 lalu.
Sejumlah komunitas dan organisasi internasional pun tak luput mengecam tindakan ini. Salah satunya dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Tindakan yang tampaknya penggunaan kekuatan yang berlebihan dan tindak proporsional oleh pasukan keamanan Myanmar terhadap warga sipil tak bersenjata seperti itu tak bisa diterima," demikian menurut PBB.
Myanmar berada dalam gejolak usai militer melancarkan kudeta pada Februari 2021 lalu.
Hari-hari setelah itu demo terjadi di hampir seluruh negeri. Namun, junta menanggapi dengan kekuatan berlebih.
Mereka juga tak segan membunuh dan menangkap siapa saja yang menentang pemerintahannya.[zbr]