Dilansir dari Ukrinform, Minggu (24/4/2022), klaim ini dinyatakan oleh Christo Grozev, seorang jurnalis investigasi, direktur eksekutif dan ketua dewan platform investigasi Bellingcat.
"Mereka hanya memiliki sekitar 30% dari apa yang mereka gunakan untuk memulai perang," kata Grozev dalam wawancara dengan saluran TV Ukraina 24.
Baca Juga:
Bom Truk Koyak Jembatan Krimea, Tiga Orang Tewas
"Ada juga pertanyaan, siapa yang mengoperasikan rudal ini? Lagi pula, sumber daya yang dapat bekerja dengan rudal ini juga terbatas."
"Intelijen kami mengatakan (sumber daya) ini sekitar 30 hingga 40 orang."
Menurut Grozev, pihak Ukraina sengaja menyasar para tentara yang bisa mengoperasikan rudal tersebut.
Baca Juga:
Soal Dialog Damai, Zelensky Minta Rusia Ganti Presiden Dulu
Sehingga, Rusia tak hanya kehabisan amunisi tapi juga sejumlah tentara ahli senjata.
"Bagaimanapun, Ukraina bekerja tidak hanya untuk menembak jatuh dan menghancurkan rudal, tetapi juga untuk mengidentifikasi orang yang dapat memprogram rudal ini. Oleh karena itu, saya tidak akan terkejut jika tidak hanya perangkat keras tetapi juga perangkat lunak yang disebut habis di Rusia,” kata Grozev.
Mengenai Mariupol, jurnalis senior itu mencatat bahwa pertempuran di kota pelabuhan itu hanya kalah taktis.