Seperti konstelasi awal, Tranche 1 juga akan mencakup 28 satelit sensor inframerah yang sekarang diperkirakan menelan biaya USD2,5 miliar, menurut laporan SpaceNews mengutip seorang pejabat anonim dari Departemen Pertahanan. Kemudian L3 Harris memiliki bagian USD700 juta dari kontrak SDA Tranche 1, yang berjumlah USD1,3 miliar.
Selama briefing bulan Juli, Direktur SDA Derek Tournear mengatakan bahwa Tranche 1 akan menjadi satelit pertama yang menargetkan kendaraan manuver hipersonik, dan secara langsung menghubungkan aktivitas China dan Rusia.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
“Satelit-satelit ini secara khusus dirancang untuk mengejar ancaman versi generasi berikutnya di luar sana,” katanya.
Satelit akan diproduksi Maxar pada tahun 2024 untuk L3Harris Technologies, yang bersama Northrop Grumman sedang membangun dua tahap pertama konstelasi SDA.
Pengumuman baru Maxar mengacu pada satelit batch kedua, yang akan diluncurkan L3Harris pada tahun 2025.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Pada bulan Juni, program pertahanan rudal hipersonik AS mempersempit ruang lingkup pengembangan hipersoniknya menjadi dua prototipe yang diproduksi oleh Northrop Grumman dan Raytheon Missiles.
Selain itu, Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan (DARPA) sedang mengembangkan program pencegat rudal hipersonik. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.