WahanaNews.co, Jakarta - Amerika Serikat harus bersiap menghadapi kemungkinan perang simultan menghadapi Rusia dan China dengan memperluas kekuatan konvensionalnya, memperkuat aliansi, dan meningkatkan program modernisasi senjata nuklirnya.
Hal itu diungkapkan Kamis waktu setempat berdasarkan kajian panel bipartisan yang ditunjuk oleh Kongres AS bernama Komisi Postur Strategis.
Baca Juga:
Bebas dari Tuduhan Korupsi, Muhammad Yunus Jadi PM Bangladesh
Laporan tersebut terkuak di tengah semakin tegangnya hubungan dengan China terkait Taiwan dan persoalan-persoalan lain serta memburuknya perselisihan dengan Rusia mengenai invasi di Ukraina.
Seorang pejabat senior yang terlibat dalam laporan tersebut menolak menyebut laporan intelijen bersama itu menunjukkan ada kerja sama senjata nuklir antara China dan Rusia.
"Kami khawatir... mungkin ada koordinasi utama di antara mereka dalam beberapa hal, yang membawa kita kepada konstruksi dua perang serentak ini," kata pejabat yang enggan disebutkan namanya itu.
Baca Juga:
Keuntungan Konsumen Menggunakan Kendaraan Listrik
Temuan itu akan mengubah strategi keamanan nasional AS saat ini yang menyerukan kemenangan dalam satu konflik sekaligus mencegah konflik lainnya dan memerlukan belanja pertahanan yang besar padahal dukungan Kongres tidak pasti.
"Kami mengakui realitas anggaran, tetapi kami juga yakin negara harus melakukan investasi ini," kata ketua komisi itu, yang berasal dari Partai Demokrat, Madelyn Creedon, mantan wakil kepala badan yang mengawasi senjata nuklir AS, dan wakil ketua, Jon Kyl, mantan senator Partai Republik, dalam kata pengantar laporan itu.
Saat memberikan pengarahan yang diadakan untuk merilis laporan itu, Kyl mengatakan presiden dan Kongres harus mempresentasikan masalah ini kepada rakyat Amerika bahwa belanja pertahanan yang lebih besar nilainya jauh lebih kecil dalam rangka mencegah kemungkinan perang nuklir yang melibatkan Amerika Serikat, China, dan Rusia.