Laporan tersebut berbeda terbalik dengan sikap Presiden AS Joe Biden yang menyatakan persenjataan nuklir AS saat ini cukup untuk menangkal kekuatan gabungan Rusia dan China.
Arsenal senjata yang dimiliki "masih melebihi apa yang diperlukan untuk mempertahankan target-target musuh yang berisiko diserang sehingga dapat mencegah serangan nuklir musuh," kata kelompok advokasi Arms Control Association menanggapi laporan tersebut.
Baca Juga:
Bebas dari Tuduhan Korupsi, Muhammad Yunus Jadi PM Bangladesh
"Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya harus siap menangkal dan mengalahkan kedua musuh secara bersamaan. Tatanan internasional pimpinan AS dan nilai-nilai yang dijunjungnya terancam oleh rezim otoriter China dan Rusia," kata komisi itu.
Kongres AS pada 2022 membentuk panel beranggotakan enam legislator Partai Demokrat dan enam legislator Partai Republik untuk menilai ancaman jangka panjang terhadap Amerika Serikat dan merekomendasikan perubahan pada kekuatan konvensional dan nuklir AS.
Panel tersebut menerima perkiraan Pentagon bahwa ekspansi senjata nuklir China yang pesat kemungkinan akan menghasilkan 1.500 hulu ledak nuklir pada 2035, sehingga untuk pertama kalinya AS akan menghadapi pesaing kedua yang mempunyai senjata nuklir.
Baca Juga:
Keuntungan Konsumen Menggunakan Kendaraan Listrik
Ancaman China dan Rusia akan menjadi akut pada periode 2027-2035 sehingga "keputusan perlu diambil saat ini agar negara ini siap," kata laporan setebal 145 halaman itu.
Laporan tersebut mengungkapkan program modernisasi senjata nuklir AS selama 30 tahun, yang dimulai pada 2010 dan diperkirakan pada 2017 akan menelan biaya sekitar 400 miliar dolar (Rp 6,27 triliun) pada 2046, harus didanai sepenuhnya untuk meningkatkan semua hulu ledak, sistem pengiriman dan infrastruktur sesuai jadwal.
Rekomendasi-rekomendasi lainnya adalah mengerahkan senjata nuklir taktis yang lebih banyak lagi di Asia dan Eropa, mengembangkan rencana mengerahkan sebagian atau seluruh hulu ledak nuklir cadangan AS, dan memperbanyak bomber siluman B-21 dan menambah kapal selam nuklir kelas Columbia melebihi jumlah yang direncanakan.