WahanaNews.co | Jika nantinya Rusia memperluas serangannya ke negara anggota NATO, militer Amerika Serikat (AS) mengaku sedang dalam posisi siap siaga di sekitar Ukraina.
Hal ini terjadi saat pasukan Rusia dilaporkan mulai terdesak dan Moskow menyalahkan Barat atas pertempuran ini.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Komandan Tim Tempur Brigade ke-2 Kolonel Edwin Matthaidess mencatat bahwa pasukannya, yang dikerahkan ke Rumania, telah 'mengawasi dengan cermat' gerak-gerik dari pasukan Rusia. Selain itu, pasukannya juga melakukan latihan simulasi perang.
"Kami siap untuk mempertahankan setiap inci tanah NATO. Secara keseluruhan, sekitar 4.700 tentara dari pangkalan udara 101 di Fort Campbell, Kentucky, telah dikerahkan untuk memperkuat sayap timur NATO," tambah keterangan Wakil Komandan divisi Brigadir Jenderal John Lubas kepada CBS News yang dikutip outlet media Rusia, TASS, Minggu (23/10/2022).
"Jika pertempuran meningkat atau ada serangan terhadap NATO, mereka sepenuhnya siap untuk menyeberangi perbatasan ke Ukraina."
Baca Juga:
Selama di Indonesia Paus Fransiskus Tak Akan Naik Mobil Mewah-Anti Peluru
Ketegangan antara AS dan aliansi NATO dengan Moskow sendiri terus meruncing. Beberapa negara NATO telah memberikan bantuan pada Kyiv, yang dianggap sebagai gestur tidak bersahabat dengan negara pimpinan Presiden Vladimir Putin itu.
Bantuan persenjataan ini pun mengambil peranan dalam serangan balasan Ukraina ke wilayah yang dikuasai Rusia. Terbaru, pasukan Kyiv mulai mendekati kota Kherson yang dicaplok Moskow melalui referendum.
Putin sempat mengatakan Rusia akan menggunakan 'semua cara yang tersedia' untuk mempertahankan wilayah-wilayah yang dicaploknya dari Ukraina. Ia bahkan menyebut Washington telah melakukannya sebelumnya dengan kejadian bom atom di Hiroshima.
Dengan pernyataan ini, Presiden AS Joe Biden menganggap bahwa Putin bisa saja meluncurkan senjata nuklir dalam serangannya ke Ukraina. Pejabat Negeri Paman Sam juga memaparkan AS harus bersiap diri dengan hal itu karena serangan Rusia ke Ukraina yang berjalan kurang maksimal.
"Pertama kali sejak krisis rudal Kuba, kami memiliki ancaman langsung penggunaan (dari) senjata nuklir jika pada kenyataannya segala sesuatunya terus berlanjut di jalur yang mereka (Rusia) tuju," papar Biden pada awal bulan ini.
"Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, pada tahap ini, kami tidak memiliki informasi apa pun yang menyebabkan kami mengubah postur pencegahan strategis kami, dan kami tidak menilai bahwa Presiden Putin telah membuat keputusan untuk menggunakan senjata nuklir saat ini," tambah keterangan salah satu pejabat Pentagon, Jenderal Pat Ryder. [tum]