WAHANANEWS.CO, Jakarta - Amerika Serikat menargetkan pengerahan pasukan internasional ke Jalur Gaza paling cepat pada awal tahun depan sebagai bagian dari langkah stabilisasi pascakonflik.
Pasukan multinasional tersebut akan dibentuk dalam wadah International Stabilisation Force (ISF) dan beroperasi berdasarkan mandat resmi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Baca Juga:
Langkah Agresif Baru Trump: Jaringan Maduro Masuk Daftar Teroris Asing
Dua pejabat Amerika Serikat mengungkapkan bahwa ISF tidak dirancang untuk terlibat dalam pertempuran langsung melawan Hamas.
Fokus utama pasukan ini adalah menjaga stabilitas keamanan, membantu proses transisi pascaperang, serta menciptakan kondisi yang memungkinkan pemulihan pemerintahan sipil di Gaza.
Sejumlah negara dilaporkan telah menyatakan ketertarikan untuk berkontribusi dalam misi tersebut, sementara Washington masih merumuskan detail terkait ukuran pasukan, komposisi personel, sistem pelatihan, hingga aturan pelibatan di lapangan.
Baca Juga:
Dua Pelaku Pencurian Di SDN 01 Sengeti Di Ciduk Unit Reskrim Sekernan
Melansir CNA, Sabtu (13/12/2025), seorang jenderal bintang dua Amerika Serikat tengah dipertimbangkan untuk memimpin ISF.
Meski demikian, hingga kini belum ada keputusan final mengenai penunjukan pimpinan pasukan tersebut.
Pengerahan ISF disebut sebagai salah satu elemen kunci dalam fase kedua rencana perdamaian Gaza yang digagas Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Pada fase pertama rencana tersebut, gencatan senjata yang mulai berlaku pada 10 Oktober berhasil menghentikan pertempuran berskala besar antara Israel dan Hamas.
Kesepakatan ini juga mencakup pembebasan sandera oleh Hamas serta pembebasan tahanan Palestina oleh pihak Israel sebagai bagian dari upaya membangun kepercayaan kedua belah pihak.
Gedung Putih menyatakan bahwa sebagian besar proses perencanaan dilakukan secara tertutup guna memastikan terciptanya perdamaian yang berkelanjutan dan mencegah eskalasi konflik di masa mendatang.
Dalam perkembangan terpisah, Indonesia menyatakan kesiapan untuk mengerahkan hingga 20.000 personel ke Gaza, dengan penugasan utama di bidang layanan kesehatan, rekonstruksi, dan pembangunan infrastruktur sipil.
Pemerintah Indonesia menegaskan bahwa rencana pengiriman personel tersebut masih berada pada tahap perencanaan, termasuk penyusunan struktur organisasi dan mekanisme penugasan pasukan.
Berdasarkan skema yang tengah disusun, ISF akan lebih dahulu ditempatkan di wilayah Gaza yang saat ini masih berada di bawah kendali militer Israel.
Penarikan pasukan Israel direncanakan dilakukan secara bertahap seiring dengan tercapainya tingkat stabilitas keamanan yang memadai.
Resolusi Dewan Keamanan PBB yang disahkan pada 17 November memberikan mandat kepada ISF untuk bekerja sama dengan kepolisian Palestina yang telah mendapatkan pelatihan dan proses verifikasi.
Mandat tersebut juga mencakup upaya demiliterisasi Gaza, termasuk penghancuran infrastruktur militer serta pelucutan senjata kelompok bersenjata non-negara.
Meski demikian, implementasi mandat ini dinilai masih menyisakan sejumlah tantangan dan pertanyaan, terutama terkait mekanisme pengawasan dan koordinasi di lapangan.
Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB menyebutkan bahwa ISF memiliki kewenangan untuk menggunakan kekuatan apabila diperlukan demi menjalankan mandatnya.
Namun, aturan pelibatan pasukan secara rinci masih terus dibahas bersama negara-negara yang berpartisipasi dalam misi internasional tersebut.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]