WahanaNews.co | Turki menolak tuduhan Amerika Serikat (AS) yang
menyebut Presiden Recep Tayyip Erdogan bersikap anti-Semit saat berkomentar
soal Yahudi.
ass="MsoNormal">Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Turki meminta AS untuk bertindak menghentikan serangan gencar
Israel terhadap warga sipil Palestina, daripada melontarkan tuduhan pada
pemimpin Turki.
Baca Juga:
Adu Kuat Erdogan Dengan Kilicdaroglu di Pilpres Turki, Siapa Menang?
Menurut Kemlu Turki, konsep
anti-Semitisme tidak boleh digunakan untuk menutupi kebijakan pembersihan
etnis, agama dan budaya Israel.
"Yang dimaksud Presiden kami
bukanlah orang-orang Yahudi, tetapi pemerintah Israel, yang telah menyebabkan
kematian banyak orang Palestina yang tidak bersalah, kebanyakan dari mereka
adalah anak-anak, wanita dan remaja, melalui serangan tanpa pandang bulu
terhadap Palestina selama beberapa hari. Di sisi lain, Presiden kami hanya
mengingat kata-kata mantan Perdana Menteri Israel," kata Kemlu Turki, Rabu
(19/5/2021), seperti dikutip dari Anadolu Agency.
Kementerian tersebut mengungkapkan
bahwa Turki telah menjadi tanah air bagi banyak orang Yahudi yang melarikan diri
dari Inkuisisi berabad-abad lalu dan dari Holocaust
selama Perang Dunia Kedua.
Baca Juga:
KBRI Pastikan Tak Ada Korban WNI dalam Ledakan Istanbul
"Masyarakat Turki menghormati
semua agama dan memiliki budaya hidup berdampingan secara damai dari berbagai
kelompok agama. Anti-Semitisme tidak pernah mengakar dalam masyarakat kami," sambungnya.
Mereka menggarisbawahi bahwa diplomat
Turki juga membantu menyelamatkan ratusan orang Yahudi selama Holocaust.
Kemlu juga menyebut, warga Yahudi di Turki telah hidup selama berabad-abad dalam
kedamaian dan ketenangan, tanpa diskriminasi apa pun.
"Turki adalah salah satu
pendukung utama resolusi Dewan HAM PBB yang mengidentifikasi anti-Semitisme
sebagai serangan terhadap hak asasi manusia untuk pertama kalinya. Perlu juga
diingat bahwa anti-Semitisme berulang kali dirujuk dan dikutuk oleh Presiden
kami sebagai sebuah kejahatan terhadap kemanusiaan," katanya.
Erdogan memang menjadi salah satu
pemimpin negara mayoritas Muslim yang vokal mengkritik Israel, terutama ketika
pertempuran kembali meletus di perbatasan Jalur Gaza.
Erdogan bahkan menyebut Israel sebagai
"negara teror" dalam menyikapi sikap aparat Israel yang menembakkan
peluru karet ke warga Palestina di Yerusalem.
Dalam pidato di televisi nasional pada
Senin, Erdogan juga menyindir negara Barat yang dinilainya hanya duduk manis
tak bisa berbuat apa-apa menahan Israel yang terus menggempur Gaza.
Erdogan bahkan mengatakan, tangan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, "penuh darah" karena mendukung Israel dengan baru-baru
ini menyetujui penjualan senjata ke negara Zionis tersebut.
Menurut Erdogan, Biden telah menorehkan sejarah dengan tangan berdarah karena dinilai membiarkan
kekerasan Israel terhadap Palestina. [qnt]