WAHANANEWS.CO - Pemerintah Australia tengah mencari kejelasan mengenai laporan bahwa Rusia berniat menempatkan pesawat jarak jauhnya di Indonesia, tepatnya di Pangkalan Udara Manuhua, Biak Numfor, Papua. Informasi ini pertama kali dimuat oleh situs militer Amerika, Janes, yang menyebut Rusia telah mengajukan permintaan resmi kepada Indonesia.
Pada 2017, Rusia pernah menggunakan pangkalan tersebut untuk misi patroli dua pesawat pembom nuklir, yang diduga sebagai bagian dari latihan intelijen.
Baca Juga:
Hadir di Indonesia, BrainEye Bakal Jadi Solusi Kesehatan Otak Berbasis Teknologi AI
Potensi kehadiran militer Rusia di wilayah yang dekat dengan Australia menimbulkan kekhawatiran di Canberra. Para ahli menyebut Rusia bisa menggunakan pangkalan itu untuk memantau aktivitas militer AS di kawasan Pasifik Barat, termasuk di Guam.
Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong menyatakan pihaknya sedang mencoba memastikan kebenaran laporan tersebut melalui komunikasi dengan Indonesia.
"Kami dari pihak pemerintah mencoba untuk mengonfirmasi laporan tersebut dan mengetahui status permintaan Rusia," ujarnya. Penny juga menilai Rusia sebagai kekuatan yang bersifat "disruptif".
Baca Juga:
Apresiasi Importir Australia, Pemerintah Indonesia Serahkan Primaduta Award 2024
Menteri Pertahanan Australia Richard Marles mengonfirmasi bahwa komunikasi dengan Indonesia sudah dilakukan, namun belum ada tanggapan resmi dari Jakarta.
Seorang sumber di Indonesia menyebut kecil kemungkinan permintaan Rusia disetujui karena bisa melanggar prinsip non-blok yang dianut Indonesia.
Malcolm Davis dari Australian Strategic Policy Institute menambahkan, "Belum ada kesepakatan yang tuntas, dan mungkin akan gagal."
Jika permintaan itu dikabulkan, pakar memperingatkan bahwa kehadiran militer AS dan Australia bisa berada dalam jangkauan langsung Rusia.