WahanaNews.co | Juru bicara Presiden Rusia, Dmitry Peskov, menyebutkan banyaknya prajurit Rusia yang gugur di Ukraina sebagai sebuah tragedi.
Peskov mengakui adanya "kehilangan signifikan" pasukan Rusia sejak invasi ke Ukraina dimulai.
Baca Juga:
Rusia 'Eksekusi' Mati Tentaranya yang Menyerah Pakai Meriam
Hal itu disampaikan Peskov dalam wawancara dengan media Inggris, Sky News, yang menjadi wawancara pertamanya dengan media Barat.
Dia juga mengatakan Rusia berharap "operasi ini" akan mencapai tujuannya "dalam beberapa hari mendatang".
Dilansir dari Sky Mews, Jumat (8/4/2022), Peskov mengatakan kepada pewawancara, Mark Austin bahwa terlalu banyak kabar palsu yang beredar.
Baca Juga:
Pertempuran Sengit, Rusia Lumat 9 Tank Ukraina Termasuk 4 Leopard-2
"kita hidup di hari-hari kepalsuan dan kebohongan," ujar Peskov.
Jubir Putin itu juga mengatakan bahwa foto-foto serta citra satelit yang menunjukkan warga sipil yang tewas di jalan-jalan di kota Ukraina adalah "jelas-jelas palsu".
"Kami menyangkal militer Rusia memiliki kesamaan dengan kekejaman ini dan mayat-mayat yang diperlihatkan di jalan-jalan Bucha," katanya kepada Sky News.
Dia bersikeras bahwa seluruh situasi di Bucha, di mana foto-foto menunjukkan banyak warga sipil Ukraina yang terbunuh, adalah "insinuasi (tuduhan tersembunyi) yang dipentaskan dengan baik, tak ada yang lain."
Diminta untuk mengungkapkan berapa banyak warga sipil yang tewas sejak perang dimulai pada 24 Februari, Peskov mengatakan dia tidak ingin menjawab karena jumlahnya tidak dikonfirmasi.
Peskov juga bersikeras bahwa apa yang terjadi di Ukraina bukan perang tetapi "operasi militer khusus" yang diperlukan karena.
Menurutnya, Ukraina telah menjadi "pusat anti-Rusia" sejak 2014, ketika Rusia mencaplok Crimea.
Namun dia mengakui: "Kami mengalami kehilangan pasukan yang signifikan dan ini adalah tragedi besar bagi kami."
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada tanggal 25 Maret, bahwa 1.351 tentara Rusia telah tewas sejak awal invasi, dan 3.825 lainnya terluka.
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan dua hari kemudian, bahwa setidaknya 10.000 tentara Rusia mungkin telah tewas. [rin]